Nawa berdiri tegap di depan David, tatapannya tajam seperti belati. David terduduk di lantai yang dingin dan berdebu, lututnya tertekuk, dan tangannya bertumpu di atasnya. Meski dalam posisi terpojok, lelaki itu masih bisa menyeringai dengan tatapan penuh provokasi. "Nggak ada habis-habisnya kau cari masalah," suara Nawa terdengar datar, namun penuh ancaman. David memicingkan matanya sebelum tersenyum sinis. "Itu semua belum seberapa, Nawa. Aku ingin sekali melihatmu hancur saat Alisha hancur." Nawa menggeram. Dia melangkah maju, kini hanya beberapa inci dari David. "Jangan sebut nama wanitaku dengan bibir kotormu itu, Dav." David tertawa kecil, menatap Nawa dengan penuh kesombongan. "Sudahlah, Na. Biarkan Alisha bersenang-senang denganku dulu. Biar dia tahu kalau kau masih terbayang-b

