Nawa mendesah panjang, tangannya memijat pelipis yang terasa berdenyut. Sudah dua jam lebih dia duduk di ruang kerjanya, tenggelam dalam pikiran yang berputar-putar. “Bodoh sekali aku…” gumamnya, matanya terpejam menahan rasa penyesalan. Dia tahu betul bahwa sikap dinginnya tadi hanya membuat segalanya lebih buruk. Alisha tidak pantas diperlakukan seperti itu, terutama karena rasa cemburu butanya yang tidak beralasan. Ketakutannya akan kehilangan Alisha membuatnya bertindak tanpa berpikir jernih. Dengan frustrasi, Nawa memukul meja ringan, seolah mencoba melampiaskan kekesalan pada dirinya sendiri. “Apa yang sudah aku lakukan kepada istriku? Seharusnya aku bisa mengendalikan diri,” bisiknya lagi, rasa bersalah menyelimuti. Seketika, hatinya terasa semakin berat. Ia tahu Alisha adalah w

