Mobil sport itu akhirnya berhenti di depan rumah Karel. Kana melepas seat belt-nya, bersiap turun untuk membukakan pintu, tapi sebelum sempat keluar, tangan Karel menahan pergelangannya. "Kana?" panggil Karel dengan lembut, tapi suaranya terdengar gemetar. "Hm?" Respon Kana masih dingin, tapi tatapannya sedikit melembut saat melihat tangan Karel menggenggam pergelangannya. Karel menarik napas dalam, mencoba menyusun kata-kata. "Apa kamu benar-benar mencintaiku, Kana?" Kana berbalik, melepaskan seat belt dan duduk menghadap Karel. Tatapannya penuh keseriusan, seperti tidak ingin ada salah paham di antara mereka. "Menurutmu?" jawabnya singkat, tapi suaranya terdengar penuh arti. Karel tersenyum getir. "Aku nggak tahu, Kana. Kadang... caramu membuat hidupku jungkir balik, dan aku nggak p

