Terlambat

2050 Kata
Joanna terus memaksakan kakinya untuk berlari, meski ia sangat kesusahan karena harus menyeret karung besar yang begitu berat berisikan berbagai macam s*****a dari hasil curiannya di ruang penyimpanan s*****a milik kawanan perampok. Ia yang terlalu nekat pun akhirnya dikejar-kejar oleh salah satu anggota kawanan itu yang memergokinya dan sekarang berupaya untuk menangkapnya. "Hei! Jangan berhenti!" Jorce, lelaki berbadan tegap dengan pakaian kulit bewarna serba hitam, dipadu rompi anti peluru bewarna senada. Ia yang mencurigai keberadaan Joanna di lantai empat, nekat meninggalkan rombongan hanya untuk mengikuti instingnya dan insting itu membawanya menemukan keberadaan Joanna yang telah keluar dari gedung yang dijadikan markasnya. "Woy! Jangan lari!" Jorce memacu langkah kakinya sekencang mungkin agar bisa menangkap Joanna yang berlari menuju gerbang belakang. Ia tak akan membiarkan Joanna yang dianggap penyusup sekaligus pencuri itu sampai kabur. "Berhenti kamu!" Joanna gelagapan saat melihat Jorce hampir mendekat ke arahnya. Tanpa pikir panjang Joanna melemparkan tali yang biasa ia pakai untuk memanjat tebing ataupun gedung-gedung tinggi. Lalu mengaitkan ujung lainnya pada karung bawaannya, setelah itu bergegas memanjat gerbang dengan bantuan tali tersebut. "Hei———" Jorce tercekat saat merasakan pahanya terkena timah panas. Ya, Joanna yang melihat Jorce dalam radius sangat dekat dengan posisinya, langsung menembakkan tembakan ke paha lelaki itu. "Maaf," ucap Joanna. "Aku terpaksa melakukannya, semoga kau mengerti dan mau memaafkan aku." Joanna menatap iba Jorce, merasa bersalah ketika mendengar erangan kesakitan Jorce yang memegangi pahanya. Timah panas dari peluru yang Joanna tembakkan, melukai paha Jorce sampai berlubang cukup dalam dan darah segar merembes pada celana hitamnya. Joanna memang merasa bersalah, tapi ia tak cukup peduli untuk melihat betapa kesakitannya Jorce sekarang. Ia tak punya banyak waktu dan terus memanjat melewati gerbang belakang. Saat sampai di luar, Joanna tersentak mendengar teriakan Jorce. "PENYUSUPNYA ADA DI SINI!!!" "ADA DI GERBANG BELAKANG!!!" Bahkan Jorce juga mengaktifkan sirine untuk memanggil kawanannya datang ke belakang markas mereka. Joanna yang mendengar sirine itu pun langsung panik. Ia lantas menarik tali tadi untuk menarik karung berisi hasil jarahannya. Meski keadaan terdesak dan sangat berbahaya, Joanna tak akan rela meninggalkan hasil jarahannya begitu saja. Apa pun yang terjadi Joanna akan tetap mempertahankan apa yang telah susah payah ia dapatkan. Apalagi untuk mendapatkan s*****a-s*****a itu ia nekat mempertaruhkan nyawa dan juga mengorbankan Rigel sebagai umpan untuk mengecoh sebagian dari kawanan perampok yang berjaga di gedung. "Sedikit lagi Jo, kau pasti bisa. Ayo semangat!" Joanna menyemangati diri sendiri, terus menyugesti agar dirinya tidak menyerah meski sebenarnya jari-jari tangannya terasa sangat sakit dan seakan mau patah tulang-tulangnya. "Ayo Jo, kamu bisa, tarik yang kuat." Joanna susah payah mengerahkan seluruh tenaga yang tersisa untuk menarik karung yang sangat berat itu. "DI SANA!" "PENYUSUPNYA ADA DI SANA!!!" Joanna mendengar teriakan Jorce yang memberitahu keberadaan dirinya. Sepertinya bala bantuan Jorce telah datang dan itu malapetaka besar bagi Joanna. Lantas ia memeras seluruh tenaganya sampai tak bersisa untuk menarik karung yang sedikit lagi berhasil melewati gerbang belakang. "Ayo dong, dikit lagi." Joanna menatap ujung karung yang sudah nampak di atas gerbang. "Tarik Jo!" Ia menginteruksi pada dirinya sendiri untuk menarik lebih kuat lagi. Namun, tiba-tiba saja suara tembakan terdengar menyentak Joanna. Hampir saja Joanna melepas pegangannya pada tali karen terkejut sama suara tembakan tersebut. Beruntung ia sigap dan cepat mengendalikan diri, mencengkram erat talinya agar tidak lepas dan menariknya sampai berhasil melewati gerbang belakang. "Huff, akhirnya." Joanna bernapas lega saat berhasil melihat karung itu ada di depan matanya. Cahaya binar-binar kebahagiaan terpancar jelas dari sorot mata Joanna, tapi hal itu tak berlangsung lama. Karena suara Jorce kembali membuatnya panik. "Di mana penyusupnya?" Segerombolan kawanannya menghampiri Jorce yang masih merintih kesakitan di tempatnya tergeletak. "Di sana, dia berhasil keluar lewat gerbang itu!" Jorce menunjuk gerbang  yang dilalui Joanna barusan. Joanna yang mendengar teriakan Jorce pun seketika panik. Padahal baru saja ia bisa bernapas lega, tapi sekarang napasnya kembali memburu seiring dengan detak jantung yang berpacu cepat di luar kendali. Sekali lagi nyawa Joanna berada di ujung tanduk, ia harus berjuang kembali menyelamatkan diri dari kawanan musuh yang sekarang memburunya. Terdengar dari derap langkah kaki yang begitu jelas, sepertinya kawanan itu berlari menuju gerbang belakang. "s**t!" Joanna mengumpat. Joanna tak punya waktu lagi untuk memikirkan sebuah rencana pelarian ataupun rencana untuk menghadapi kawanan itu. Tenaganya sudah terforsir habis, keringat dingin mengucur deras membanjiri sekujur tubuhnya. Napasnya tak lagi terkendali, jantungnya berpacu tak karuan. Bahkan untuk sekedar bernapas saja rasanya sulit, tapi Joanna harus pergi dari sini atau ia akan tertangkap musuh. "s****n, kenapa jadi begini sih!" Joanna menggerutu sambil berlari sekencang yang ia bisa. Menyeret karung besar yang berat sekali, rasanya lelah dan menyiksa tapi Joanna tak boleh menyerah sekarang. Ia harus terus berjuang atau semua pengorbanannya dan juga pengorbanan Rigel akan berakhir sia-sia. Bahkan ia sendiri saja tidak tahu apakah Rigel masih hidup atau sudah mati. Kalau seandainya ia menyerah sekarang dan ternyata Rigel telah mati karena rencananya menjadikan lelaki itu sebagai umpan, maka Joanna akan sangat menyesal dan mungkin saja tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. "Rigel, semoga kau baik-baik saja. Aku akan datang ke tempat kita janjian dan aku harap kau sudah ada di sana," lirih Joanna, bermonolog sendiri mengutarakan harapannya akan keselamatan Rigel dan janji yang harus mereka tepati. "ITU DIA!!!" Tapi naasnya, para kawanan perampok itu berhasil melewati gerbang belakang dan mendapati Joanna yang sedang berlari sebisa mungkin. "Tembak!!!" "Jangan biarkan dia lolos!!!" Teriakan itu menyentak Joanna, membuat napasnya kian tercekat dan serasa tercekik dengan situasi yang mencekam. Lalu sedetik kemudian suara tembakan terdengar, Joanna sendiri sudah pasrah jika dirinya akan tertembak meski kakinya tak mau menyerah dan terus berlari semampunya. "Tuhan, lindungi aku." Joanna sangat ketakutan, panik dan kalud membuat pikirannya buntu. Awalnya Joanna pikir tembakan pertama meleset karena ia tak merasakan apa pun. Tapi setelah tembakan kedua, ketiga dan tembakan memberondong peluru itu terdengar, barulah Joanna merasakan kejanggalan. Ia refleks berhenti, menundukkan pandangannya untuk mengecek tubuhnya sendiri dan hasilnya semua masih mulus seperti semula. Tak ada satu pun luka dari timah panas yang menembus kulit, padahal suara tembakan tadi begitu terus menerus terdengar. Rasanya mustahil jika semua tembakan meleset, secara kawanan perampok itu bukanlah orang amatir yang tak bisa mengarahkan peluru tepat sasaran pada targetnya. Lantas Joanna yang penasaran kenapa peluru itu bisa meleset sontak menoleh untuk memastikan apa yang tengah terjadi di belakangnya. Bertepatan dengan itu deru mesin mobil dan suara panggilan memanggil namanya menarik perhatian Joanna. "Jo!" Sontak Joanna terkejut sekali saat melihat siapa yang memanggil namanya. Ia melebarkan mata tapi juga merasa sangat lega melihat sosok yang menghentikan mobilnya di samping Joanna. "Rigel?" Joanna seakan tak percaya bisa melihat Rigel di saat-saat genting seperti ini. Di saat ia sudah pasrah kalau dirinya akan tertangkap oleh musuh. "Kau selamat?" tanya Joanna spontanitas. "Nanti saja tanya-tanyanya. Sekarang buruan masuk, kita nggak punya banyak waktu." Rigel berteriak menyuruh Joanna segera masuk. Wajahnya tampak tegang dan terus menatap ke belakang untuk mengawasi musuh yang lain, kemungkinan akan datang karena segerombolan orang yang tadi melewati gerbang berhasil ia tumpas habis dan Joanna pun menyadari hal tersebut saat melihat orang-orang yang tadi mengejarnya seketika lenyap begitu saja. "Kamu——" "Cepetan Jo!" sergah Rigel saat melihat mobil musuh terpantau muncul dari balik gerbang yang terbuka lebar. Joanna juga melihatnya dan seketika panik. Ia tak lagi banyak tanya dan langsung menyeret karungnya terlebih dahulu memasukkannya ke mobil bagian belakang. Rigel yang geregetan kembali berteriak dari bangku kemudi. "Ayo Jo. Tinggalkan saja itu. Selamatkan nyawamu terlebih dahulu," kata Rigel, meminta Joanna meninggalkan karung berisi hasil curian s*****a. Tapi Joanna tak mengindahkan ucapannya dan tetap berusaha memasukkan karung besar itu ke dalam mobil. Sementara dari belakang mobil musuh kian mendekat, mereka juga tak segan melakukan penembakan secara brutal. Beruntung mobil tersebut masih dalam mode perlindungan ganda, peluru-peluru itu sama sekali bukan apa-apa. Namun, Rigel yang takut jika peluru itu akan mengenai Joanna yang tengah sibuk memasukkan karung besar itu, lantas mau tidak mau menghalau tembakan tersebut. Ia mengeluarkan mulut pistol lewat celah kaca jendela yang terbuka sedikit, mengarahkan tembakan tepat ke mobil musuh. Dengan kelihaian Rigel yang sudah terasah, ia berhasil menembak dua ban depan mobil musuh. Alhasil mobil musuh pun seketika hilang keseimbangan dan melaju keluar dari jauh dan pada akhirnya menabrakkan diri ke sisi kiri, tepat mengeanai sebuah pohon besar yang berdiri kokoh. Melihat keadaan musuh berhasil ditumbangkan, Rigel segera menginterupsi Joanna untuk bergegas masuk. Karena musuh yang lain bisa saja datang dan benar saja dugaannya, baru saja mulutnya terbuka untuk memanggil Joanna, matanya sudah lebih dulu melihat mobil-mobil lain keluar dari gerbang. "Jo, buruan!" teriak Rigel, panik. Joanna yang mendengar teriakan Rigel sontak menoleh ke belakang, ia tak kalah panik melihat mobil-mobil lain muncul dan melakukan tembakan secara brutal ke arahnya. Tanpa pikir panjang Joanna lantas masuk ke mobil setelah ia berhasil mendorong karung tersebut ke dalam mobil. "Rigel, ayo, mereka tambah banyak," seru Joanna yang mengawasi pergerakan mobil-mobil musuh di belakang. Rigel mengusap kasar wajahnya, tak punya pilihan lain selain menancap gas dan kabur dari sana. Namun, naasnya mobil-mobil itu terus mengejar dan melakukan penembakan tanpa henti, hal itu membuat fokus Rigel buyar karena tak bisa berkonsentrasi penuh pada jalanan di depannya. "Fokus Rigel, biar mereka aku yang tangani," ucap Joanna yang menyadari kerisauan Rigel dan membuat lelaki itu tak bisa fokus. "Apa yang akan kau lakukan, Jo?" Rigel tercengang saat melihat Joanna mengeluarkan senapan laras panjang dengan ukuran lumayan lebih besar dari senapan laras panjang pada umumnya. Rigel juga menebak kalau itu bukanlah s*****a sembarangan, melihat terdapat banyak lubang peluru. Tapi s*****a macam apa itu dan apakah s*****a itu akan bekerja dengan baik atau malah akan jadi boomerang kepada mereka sendiri? Rigel khawatir, takut Joanna tak bisa menggunakannya karena ia baru pertama kali melihat. Tapi pandangan mata Joanna berusaha meyakinkan dirinya kalau perempuan itu bisa mengatasi semuanya. "Kau tak perlu mencemaskan apa pun. s*****a ini bisa membunuh mereka semua dengan sekali tembak," ucap Joanna, mencoba menepis semua guratan kekhawatiran di wajah Rigel. Rigel tak bisa mencegah Joanna yang langsung bersiap di posisinya, membuka kaca jendela sisi kanan bagian bangku belakang. Setelah itu tanpa gentar karena mendapat banyak serangan dari musuh, Joanna begitu fokus dan seketika meluncurkan tembakan mengarah tepat ke mobil paling depan. Lalu seketika sebuah ledakan besar terjadi, kobaran api besar tercipta dengan asap mengepul yang menggunung. Rigel menganga melihat kejadian tersebut. Ia tak habis pikir kalau temakan dari s*****a itu akan menghasilkan sebuah ledakan setara dengan ledakan satu buah granat. Benar-benar s*****a yang sangat ampuh dan keren. "Bagaimana, apa aku bilang juga, s*****a ini bukan kaleng-kaleng dan aku akan mengatasi mereka semu sampai tak bersisa." Joanna begitu percaya diri, kembali fokus untuk menembakkan mobil pada mobil-mobil lain yang berhasil menerobos kobaran api. Rigel tersenyum tipis, lega. Selain lega karena ia selamat dan berhasil menyelamatkan Joanna tepat waktu. Kini ia juga lega karena semua musuh bisa diatasi oleh Joanna. Rigel jadi optimis lagi untuk menyelesaikan misi secepatnya agar mereka bisa kembali ke dunia nyata. Namun, tanpa Rigel tahu kalau rintangan di depan yang akan mereka lalui jauh lebih sulit. Hanya membutuhkan waktu singkat untuk Joanna mengalahkan semua mobil kawanan perampok yang mengejar, semuanya ia tembak habis dan meledak karena tembakan dari senjatanya yang ampuh. Selepas memastikan tak ada yang tersisa, Joanna menarik kembali senjatanya dan memposisikan diri rileks bersandar pada sandaran kursi. Ia menghela napas panjang dan berat, hari ini sangat melelahkan tapi berhasil menyelesaikan semuanya. "Kau baik-baik saja?" Rigel yang tengah fokus mengendarai bertanya, memperhatikan Joanna lewat kaca spion di atasnya. Joanna mengalihkan pandangan sepenuhnya ke Rigel, lalu menganggukkan kepala dengan sedikit senyuman menghias wajahnya sebagai jawaban kalau dirinya baik-baik saja. Kemudian ia balik bertanya pada Rigel. "Kau sendiri, apa kau baik-baik saja?" Rigel mengangguk, tetap fokus dengan jalanan di depannya. "Hari banyak hal ekstrim yang berhasil aku lalui." "Hal ekstrim?" Joanna mulai tertarik, mencondongkan kepalanya ke depan ke sisi bangku kemudi. "Hal ekstrim seperti apa?" Ia tampak antusias dan juga penasaran ingin mendengarkan cerita Rigel mengenai hal ekstrim yang dilalui lelaki itu. Rigel menoleh, terkesiap melihat wajah Joanna yang berjarak begitu dekat dengannya. Ia tertegun sampai tidak bisa fokus lagi, alhasil ia tak menyadari kalau mobilnya keluar jalur dan nyaris menabrak mobil yang terparkir di sisi kanan jalan. "Rigel, awas!" Joanna yang menyadari posisi mobil keluar jalur karena Rigel yang meleng, sontak berteriak mengingatkan Rigel. Namun, semuanya terlambat karena saat Rigel menoleh ke depan mobil seketika menabrak mobil di sisi kanan jalan. Benturan keras pun tak dapat dihindari lagi dan mobilnya pun mengeluarkan asap dari kap mobil depan. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN