Menikmati Permainan

2037 Kata
Kepanikan Rigel tergantikan tawa geli ketika melihat gerombolan orang di luar kewalahan merusak mobilnya. Alih-alih berhasil, setiap kali tindakan yang mereka lakukan untuk menghancurkan mobil justru berakhir gagal. Dari mulai peluru yang tak bisa menembus bodi mobil maupun kaca, serta benda tumpul ataupun runcing yang dipakai tak ada satu pun yang  bisa menembus pertahanan bodi mobil. "Wow, keren." Rigel dibuat takjub, tak menyangka jika lapisan baja tebal yang diaktifkan dari mode perlindungan ganda akan berfungsi dengan sangat baik. Bahkan ini melebihi ekspetasinya, ia juga tak perlu mencemaskan apa pun apalagi sampai merasa ketakutan. Karena pertahanan ganda pada mobil, mustahil musuh bisa menembusnya dan itu artinya Rigel akan tetap aman di dalam sini. Rigel lalu terpikirkan pada Joanna, merasa tidak enak hati karena sudah marah-marah dan memprotes idenya. Mungkin Joanna sudah memperkirakan semua, tingkat keamanan dari mode perlindungan ganda ini. Sehingga Joanna begitu yakin sama idenya menjadikan Rigel sebagai umpan. Rigel jadi tidak enak hati,  kalau seandainya ia tetap bersikeras menolak ide tersebut, maka kemungkinan terbesar Joanna akan kesusahan di dalam sana dan bisa saja perempuan itu dalam bahaya mengingat semua musuh berada di sarangnya. "Oke, sekarang waktunya menarik perhatian yang di dalam." Rigel menekan tombol di dasbor, menambahkan musik pada sirinenya dan memutar volume sampai penuh. "Wah, kalian bar-bar sekali," komentar Rigel ketika melihat musuh di luar semakin membabi buta, melayangkan benda tumpul pada bodi mobilnya dan tak berhenti memborbardir dengan s*****a api. Rigel sampai heran, berapa banyak peluru yang mereka punya? Karena nggak habis-habis padahal mereka terus memborbardir mobilnya. Rigel tersenyum licik, memikirkan sebuah ide gila untuk memancing kemarahan musuh. Ia mengambil earphone dan memakainya, setelah itu tangannya bergerak mengotak atik  keyboard untuk menambahkan sesuatu pada bunyi sirine dan musiknya. Sesuatu yang akan membuat siapa pun yang mendengarnya jadi histeris dan emosi tingkat tinggi. "Mari kita coba." Rigel tertawa setelah itu dengan percaya diri menekan tombol iya di layar, seketika musik pun berubah. Rigel meringis ketika melihat semua orang di luar secara refleks menutup kedua telinga mereka saat bunyi sirine dan musik berganti. Bagaimana tidak menutup telinga jika Rigel membuat suara nyaring yang memekakkan telinga, begitu mengganggu pendengaran. Belum lagi suara musik yang berisik, ditambah sirine yang keras semakin membuat siapa pun yang mendengar jadi menggila. Lihat saja, orang-orang itu semakin bar-bar melampiaskannya pada mobil Joanna. "Rigel, apa yang kau lakukan. Matikan itu, suaranya sangat mengganggu." Teriakan Joanna terdengar lewat earphone yang dipakai Rigel untuk melindungi gendang telinganya dari suara berisik yang ia buat. "Gimana, keren kan suaranya? Ini seperti musik pembangkit mayat. Lihat musuh-musuh itu, mereka seperti zombi yang mengamuk dengan sangat bar-bar." Rigel tergelak, menertawakan musuh yang mengamuk dan menyamakannya dengan zombi. Memang kalau dilihat-lihat orang-orang itu mirip zombi kelaparan sekarang ini. "Iya, tapi ini sangat menganggu, gendang telingaku bisa pecah, Rigel. Cepat matikan sekarang," keluh Joanna yang sepertinya juga mendengar suara musik yang dibuat Rigel. "Kau pakai earphone saja, atau apa pun yang bisa dipakai untuk melindungi pendengaranmu. Karena aku tak akan mematikannya, sebentar lagi rencanaku berhasil, gerombolan musuh sudah terpantau berbondong-bondong keluar dari gudang penyimpanan s*****a," ucap Rigel yang tengah memantau ke luar jendela memakai teropong, di mana ia melihat segerombolan musuh memakai pakaian serba hitam dan membawa senapan laras panjang berlarian keluar dari gedung. Sirine buatannya sukses menarik perhatian mereka semua, tentu saja Rigel tak akan mau mematikannya karena sebentar lagi ia akan berhasil. "Sungguh? Berapa banyak yang sudah keluar dari gedung ini?" Joanna bertanya mengenai jumlah musuh yang dilihat Rigel keluar dari gedung penyimpanan s*****a. "Emm ...." Rigel memicingkan mata, melihat lebih jeli sembari menghitung berapa orang yang sudah keluar dan berlarian menuju ke arahnya. Tapi mustahil ia bisa menghitung kalau sebegitu banyaknya orang yang keluar bersamaan, menggerombol kayak semut. "Banyak, banyak sekali. Aku tak bisa menghitungnya dengan pasti. Mungkin sekitar seratus, ah, lebih kayaknya. Wah, sepertinya aku harus bersiap-siap kabur sekarang juga." Rigel meletakkan teropong di bangku sampingnya. Ia segera menyalakan mesin mobil, menarik persneling dan bersiap menginjak pedal gas. Ia harus segera kabur sebelum musuh menimbun mobilnya, karena musuh yang datang begitu banyak dan mereka tak henti-hentinya menembaki mobilnya. Sekali lagi Rigel memuji ketahanan mobil Joanna, selain canggih mobil ini benar-benar tangguh karena masih tetap aman meski sudah dibombardir dengan berbagai macam s*****a api dari model yang biasa sampai yang paling mematikan dan ia berhasil lolos dari semuanya. "Saatnya bermain kucing-kucingan," seru Rigel, begitu menikmati. Ia tak menyangka kalau memancing keributan kepada musuh akan jadi semenyenangkan ini. "Ayo, kejar aku!" teriak Rigel, bersorak riang saat melihat musuh-musuh itu semakin menggila dan mengejarnya. "TANGKAP MOBIL ITU!!!" Terdengar teriakan lantang lewat pengeras suara, menarik atensi Rigel. Rigel melihat lewat kaca spion di atas dan juga di sisi luar, matanya seketika melotot saat melihat apa yang terjadi di belakang sana. "s****n!" Rigel panik saat melihat mobil offroad tanpa atap, di mana terdapat seseorang yang sepertinya menjadi komandan dari gerombolan musuh itu berdiri di bangku depan dekat pengemudinya. Ia terus berucap lantang pada anak buahnya untuk menangkap Rigel dan jangan sampai membiarkannya lolos. Rigel kian tercengang saat melihat gerombolan di belakang mobil tersebut, musuh yang tadi bergerombol keluar gedung sekarang mengejarnya menggunakan kendaraan masing-masing, ada juga mobil trail yang melaju kencang ke arahnya. Hal itu membuat Rigel jadi de javu, teringat akan kejadian pertama kali saat dirinya diselamatkan Joanna. "Jo, apakah aku boleh melakukan serangan menggunakan s*****a di mobil?" Rigel langsung bertanya pada Joanna, meminta ijin untuk melakukan p*********n dengan fitus s*****a yang terpasang pada mobilnya. "Jika keadaan mendesak, silakan." Dan Joanna memberinya izin. "Oke, thank's." Rigel mengatur posisi mobil tetap seimbang, mengaktifkan mode s*****a dan mulai menggunakannya satu per satu untuk menghalau musuh yang semakin bertambah banyak. "Yes, kena!" Rigel kegirangan ketika serangannya berhasil menumbangkan dua motor trail yang berhasil mendekat. Rigel dituntut harus selalu fokus, membagi perhatiannya pada jalanan dan juga situasi di belakang. Satu tangannya memegang kemudi stir dan tangan lainnya bergerak lincah menekan setiap tombol s*****a yang diaktifkan. Kali ini Rigel berjuang mati-matian sendiri untuk menghalau musuh, menggunakan skill dan kemampuannya dalam bermain game dan ia menerapkannya sekarang. Semua berjalan lancar, serangan yang dibuat tak ada yang meleset. Namun, kemudian Rigel menyadari kejanggalan dan memfokuskan pandangannya ke spion di sisi luar untuk memantau situasi di belakang mobilnya. Alangkah terkejutnya Rigel melihat jumlah musuh yang tidak berkurang malah semakin bertambah banyak, padahal ia sangat yakin sudah melumpuhkan hampir separuhnya. Tapi lihatlah musuh-musuh itu, seakan mati satu tumbuh seribu. "What the hell!" Rigel tak habis pikir, lalu ia mengeluarkan amunisi lain. Tak peduli jika persediaan senjatanya terbatas, Rigel nekat melemparkan satu-satunya granat yang tersisa di mobil. "Mampus kalian semua!" Rigel tersenyum puas saat melihat ledakan di belakang mobilnya. Rigel yakin kalau granat itu telah melenyapkan semua musuhnya, ketika api yang membumbung tinggi dan berkobar ke mana-mana. Rasanya mustahil mereka bisa lolos, apalagi api merambat cepat membakar sekitarnya. Namun, hal tak terduga terjadi, ketika Rigel melihat ke belakang ia melotot horor sampai mulutnya menganga sepersekian detik. "Nggak mungkin!" Rigel tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Bagaimana bisa?" Ia tampak begitu kaget saat melihat segerombolan musuh berhasil melewati kobaran api dan jumlah mereka masih tetap banyak. Hal itu membuat ketakutan kembali merongrong Rigel. "s****n!" Rigel menggeram kesal, memacu mobilnya lebih cepat lagi agar bisa kabur dari kejaran musuh. Karena mustahil ia bisa menghadapi musuh sebanyak itu dengan segala keterbatasannya. ————— Joanna mengembuskan napas lelah ketika akhirnya bisa keluar dari saluran ventilasi udara, setelah sebelumnya ia merangkak di dalam saluran panjang yang penuh dengan debu dan bau besi yang menyengat. Bahkan di dalam saluran itu Joanna harus menahan napas, jika tidak rasa mual akan mengguncang perutnya dan membuatnya ingin muntah. Beruntung ia bisa melalui terowongan panjang itu sampai tiba di lantai lima dan mau tidak mau Joanna harus melalui tangga untuk sampai ke lantai enam. Tempat tujuannya, di mana para perampok itu menyimpan hasil jarahan s*****a dari agen biro kontrol. "Apa yang terjadi di luar?" Joanna yang baru saja akan melangkah, spontan berlari ke dekat lorong, bersembunyi di balik tembok samping tangga penghubung. Suara derap langkah kaki dan juga suara dari percakapan beberapa orang membuatnya langsung waspada dan menyembunyikan diri. Joanna tidak boleh sampai ketahuan, karena selangkah lagi ia akan menyelesaikan misi ini. Sedikit lagi, jadi ia tak boleh gagal. Apalagi Rigel juga sudah mengorbankan diri jadi umpan untuk mengecoh musuh, maka Joanna tidak boleh menyia-nyiakan pengorbanan Rigel. "Ada penyusup, sengaja cari perhatian kayaknya sih buat ngecoh kita semua." Joanna membungkam mulutnya agar tidak bersuara, matanya melebar ketika mendengar jawaban dari salah satu perampok. Bagaimana mereka tahu motif Rigel, apa rencananya gagal? Terus Rigel? Joanna terdiam kaku, merasa sangat bersalah. Bagaimana jika ternyata Rigel tertangkap oleh musuh. "Masa sih? Tapi udah ketangkep?" "Belum, tapi pasukan garda satu sama dua udah meluncur, palingan nggak lama lagi mereka balik bawa jasadnya." Joanna tercengang mendengar penuturan segerombolan perampok yang menuruni tangga itu, mereka sedang membicarakan soal penyusup yang tidak lain ialah Rigel. Joanna menelan ludah, khawatir dan panik bercampur aduk setelah mengetahui kalau para perampok itu mengerahkan pasukan garda terdepan mereka untuk menangkap Rigel. Itu artinya sekarang Rigel dalam bahaya. "Terus cuma garda cadangan doang yang stand by di sini?" "Iya, sama dua anggota garda khusus yang lagi berjaga di atas." "Oh, yaudah, kita istirahat saja, habis ini kan kita lanjutin misi." "Oke." Joanna mengintip dari balik tembok untuk memastikan beberapa perampok yang barusan melintas sudah turun ke bawah. Saat melihat mereka semua benar-benar sudah menuruni tangga ke bawah, barulah Joanna bisa bernapas lega. Ia mengembuskan napas panjang, kemudian segera menghubungi Rigel untuk memastikan keadaannya. Walau berbagai kemungkinan tengah berkecamuk dalam pikirannya, membuatnya banyak berspekulasi negatif tentang keadaan Rigel. Pasalnya pasukan garda terdepan merupakan pasukan paling kuat, Joanna saja kewalahan menghadapinya apalagi Rigel yang masih baru dan belum begitu mengenal dunia game yang ini. "Test." "Test." "Test, Rigel." "Halo, Rigel. Kau dengar aku?" Joanna harap-harap cemas menunggu respon dari Rigel, tapi tak ada tanda-tanda lelaki itu akan merespon. Joanna tidak menyerah, kembali memanggil nama Rigel. "Rigel." "Rigel, kau dengar aku?" "Kau baik-baik saja kan?" "Rigel please, jawab aku?" "Rigel, jangan buat aku khawatir———" "Kenapa Jo? Sorry, aku tadi sedang fokus." Joanna akhirnya bisa bernapas lega saat mendengar suara Rigel menyahut dari seberang sana. "Syukurlah, akhirnya aku bisa mendengar suaramu," ucap Joanna, benar-benar lega sekali telah mendengar suara Rigel yang menandakan kalau lelaki itu masih hidup dan kemungkinan musuh belum berhasil menangkapnya. Walau Joanna sangat berharap kalau Rigel akan lolos dari kejaran musuh. "Syukur? Memangnya kenapa dengan suaraku, Jo?" Rigel keheranan karena ucapan Joanna barusan. "Wait, apa semuanya baik-baik saja? Bagaimana di dalam sana, apa lancar? Harusnya sih lancar karena banyak sekali musuh yang mengejarku saat ini, mungkin hampir keseluruhan. Mereka hobi sekali main keroyokan." Joanna mengernyit saat mendengar penuturan Rigel yang diakhiri kekehan geli, membuatnya bertanya-tanya. "Apa kau sudah sinting? Bisa-bisanya masih tertawa geli begitu di saat musuh mengejar?" Joanna tak habis pikir, bagaimana ceritanya Rigel bisa sesantai itu padahal nyawanya sedang dalam bahaya. "Ini keren, Jo. Seru sekali, sangat menyenangkan bisa mengecoh mereka semua. Dan mobilmu benar-benar keren." Joanna makin keheranan mendengar ocehan Rigel mengenai mobilnya. Nada suaranya terdengar riang dan bersemangat, seolah-olah Rigel tengah menikmati keadaannya saat ini. "Rigel, tapi kau baik-baik saja kan? Apa musuh——" "Tak perlu khawatir Jo, i am okay. Aku bahkan telah berhasil menumbangkan banyak musuh, walau mereka terus berkembangbiak dengan sangat pesat. Tapi tenang saja, aku bisa mengatasinya. Jadi kau fokus saja dengan bagianmu, ingat kau hanya menjanjikan aku waktu lima belas menit." "Tapi———" Baru saja Joanna ingin mengutarakan sesuatu, tiba-tiba saja Rigel langsung memotong ucapannya. "Sudah dulu Jo, aku harus fokus menghadapi musuh. Kau juga harus fokus dengan misimu, selesaikan secepatnya karena aku nggak yakin bisa bertahan lebih lama lagi. Mereka semua terlalu bar-bar, walaupun ini juga sangat menyenangkan." Joanna menghela napas panjang, meski tak habis pikir dengan kelakuan Rigel yang malah kesenangan mengecoh musuh. Namun, Joanna juga tak berniat merusak kesenangan lelaki itu, terlebih ia juga harus fokus dengan misinya sendiri untuk mengambil persediaan s*****a milik musuh. "Oke, kau hati-hati, jaga dirimu. Lima belas menit lagi kita bertemu di tempat yang tadi aku sebutkan," kata Joanna pada akhirnya. "Oke," sahut Rigel. Setelah mengakhiri percakapannya, Joanna mengatur napas sejenak bersiap untuk melanjutkan misinya. Sebelum itu ia berdoa pada Tuhan untuk meminta perlindungan agar ia dan Rigel selamat. Tuhan, lindungi aku dan Rigel. Semoga kami bisa melalui semua ini dengan selamat. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN