Remot Kontrol

1239 Kata
Rigel melotot, napasnya tercekat dan detak jantungnya serasa akan meledak dalam hitungan detik. Ketegangan kian terasa ketika derap langkah puluhan kaki berlari ke arah mobil yang saat ini dijadikan tempat persembunyian olehnya. Dan ini semua karena seruan orang yang berdiri di depan mobilnya. s****n! Ingin sekali Rigel melemparkan granat ke mulut orang itu, tapi apa daya ia tak mampu. Selain karena stok granat yang habis, Rigel juga tak bisa keluar dari persembunyian begitu saja. "Di mana?" Sang komandan regu pun menghampiri salah satu anggotanya yang berteriak tadi. "Cepat tunjukan!" ucapnya tak sabaran. Lantas orang yang berpakaian serba hitam itu pun menunjuk mobil di dekatnya, sontak semua orang mengikuti ke mana arah telunjuknya. Tapi tunggu ... kenapa orang itu malah menunjuk mobil yang ada di belakangnya, bukan mobil Rigel yang ada di depannya. Baik Rigel maupun Joanna keheranan, lalu keduanya saling berpandangan. Sorot mata mereka seolah saling melempar tanya atas rasa penasaran yang sama. Why? Tapi mereka tak menemukan jawabannya dan kembali melihat ke luar mobil untuk mengetahui kebenarannya. "Di sini?" Komandannya bertanya, menunjuk mobil Jeep Wrangler yang memang hampir menyerupai mobil Joanna. Orang yang tadi memberitahu pun mengangguk yakin. "Mobilnya sama persis dengan mobil yang tadi." Komandan itu mengernyit, seakan meragukan bahwa itu mobil yang sama. Lalu ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, melihat beberapa mobil sejenis terparkir di dekat mobil tersebut. "Kau yakin itu mobilnya? Kau lihat, di sini semua mobilnya hampir sama," kata komandan itu. Anak buahnya tetap yakin kalau mobil yang ditunjuk memang mobil yang mereka cari. "Saya yakin ini mobilnya. Bagaimana kalau kita langsung periksa saja?" Komandannya tampal berpikir sejenak, setelah itu mengangguk menyetujui usulan anak buahnya itu. "Lakukan!" "SIAP!!" seru semua anak buahnya, kemudian melakukan sesuai perintahnya untuk memeriksa mobil itu. Rigel bergidik saat melihat orang-orang itu merusak mobil itu menggunakan palu, memukul bodi dan kaca. Seketika mobil itu ringsek, kacanya pecah dan tak lagi berbentuk. Melihat betapa anarkisnya orang-orang itu membuat Rigel kembali menegang, gusar. Bagaimana jika mereka menyadari ternyata kalau mobil yang dicari berada di belakang mereka. Lalu mereka tanpa ampun akan menghancurkannya seperti menghancurkan mobil di depannya. Rigel kalud ketika membayangkannya. "Jo." Rigel berbisik, menoleh pada Joanna. Tapi perempuan itu hanya menggeleng pasrah. Rigel mengembuskan napas kasar, menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Ia frustrasi menghadapi keadaan yang mencekam, tak ada celah untuk mereka menyelamatkan diri. Kini hanya tinggal menunggu waktu sampai orang-orang itu menyadari keberadaan mereka dan selanjutnya mereka benar-benar akan tamat. Seandainya nyawa mereka bisa diisi ulang. Maka Rigel maupun Joanna tak akan takut mati. Sayangnya meski mereka dalam dunia game, nyatanya nyawa mereka tetap satu dan tak ada gantinya ataupun isi ulang untuk memperpanjang waktu mereka agar tetap hidup. Seakan kehadiran mereka memang diperuntukkan untuk menjadi kelinci percobaan, mengetes seberapa jauh mereka bisa bertahan. "Apa tidak ada cara lain untuk menyelamatkan diri?" Suara Rigel terdengar begitu putus asa, berharap Joanna memiliki ide atau rencana cadangan untuk menyelamatkan diri mereka dari sergapan musuh yang sebentar lagi akan menyadari keberadaan mereka berdua. Joanna menghela napas panjang, kemudian bergerak menggeledah kotak di samping kakinya. Rigel yang melihat pun penasaran apa yang sedang Joanna lakukan. Mungkinkah perempuan itu memiliki rencana? Rigel semakin penasaran saat Joanna mengeluarkan mobil-mobilan dari dalam kotak tersebut. "Apa yang akan kau lakukan dengan mobil-mobilan itu?" tanya Rigel, kepo. Joanna tersenyum miring. "Nanti juga kau tahu. Kau bisa melihatnya sendiri apa yang akan terjadi selanjutnya." Joanna begitu antusias, membuka lantai besi di belakang kursi yang didudukinya dan mengeluarkan mobil-mobilan itu dengan sangat hati-hati. Sementara matanya bergerak waspada untuk memperhatikan orang-orang yang masih sibuk merusak mobil di depan. "Fiuuuh!" Joanna menyeka keringatnya, kembali bersandar dan mengembuskan napas panjang setelahnya. Kini ia diam, memperhatikan apa yang akan dilakukan orang-orang dari agen biro kontrol. Rigel makin dibuat penasaran, keingintahuannya begitu besar. Tapi lihatlah, Joanna malah tak mengatakan apa-apa lagi setelah melepaskan mobil-mobilan itu. Walau Rigel tahu kalau perempuan itu akan mengontrol mobil-mobilan tadi dengan remot kontrol yang digenggamnya. Tapi tetap saja Rigel ingin tahu lebih detail tentang rencana Joanna. "Jo," panggil Rigel. "Suuutt!" Tapi Joanna malah mengisyaratkan untuk diam dan jangan berisik. Mata perempuan itu masih terfokus ke depan. "Setop!" Suara komandan menginterupsi anak buahnya yang sedang merusak mobil. Mereka seketika berhenti ketika mendengar seruan dari komandannya. "Periksa dalamnya," suruh si komandan. "Baik Pak." Salah satu orang kepercayaannya bergerak untuk mengecek isi dalam mobil yang telah ringsek itu. "Bagaimana?" tanya si komandan yang tidak sabaran. "Tidak ada apa-apa di dalamnya Pak," jawab anak buahnya yang mengecek, tampak kebingungan karena tak menemukan apa pun di dalam mobil. "Kamu yakin?" Komandan pun naik pitam, emosi menggebu-gebu karena gagal mendapatkan targetnya. "Benar Pak." Lantas untuk membuktikan ucapan anak buahnya, komandan itu bergegas mengecek sendiri. Ia menyingkirkan pintu mobil dan betapa terkejutnya saat tak mendapati apa pun di dalamnya. Kekesalannya kian kentara, menghias wajahnya yang tampak geram. Lalu ia memerintahkan semua anak buahnya untuk kembali mencari. "Cari di semua mobil yang ada di sini, hancurkan semuanya kalau perlu!" seru si komandan. Rigel yang mendengar seruan komandan itu pun seketika melotot. Lalu melemparkan tatapan horornya kepada Joanna. Tapi anehnya Joanna sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kepanikan sama sepertinya. Padahal mereka tengah terancam dalam bahaya besar, karena orang-orang itu sebentar lagi akan beralih merusak mobilnya. "Jo, lalukan sesuatu," pinta Rigel, memohon dengan sangat. Joanna tersenyum lebar. "Tenang saja, aku sudah merencanakan sesuatu." Kemudian Joanna mengotak-atik tombol remot di tangannya bersamaan dengan anggota agen biro kontrol yang akan merusak mobilnya dengan palu dan gergaji. Bahkan yang lainnya sudah beraksi merusak satu per satu mobil yang ada di sekitarnya. "s**t!" Rigel mengumpat saat melihat orang yang berdiri di depan mobil mengarahkan pistol ke kaca mobil, tepat menjurus ke matanya. "Jo, lakukan sesuatu." Rigel makin panik, takut jika peluru itu akan menembus kaca mobil dan mengenai kornea matanya. Rigel lupa jika mobil ini sangat canggih dan tidak tembus peluru. "Mulai." Joanna menekan tombol merah pada remot kontrol. Seketika suara deru mobil terdengar bergema di ruangan itu, menarik atensi semua orang bahkan Rigel saja sampai menoleh untuk mencari sumber suara. "Mereka kabur!" teriak salah seorang anggota agen biro kontrol yang berada di dekat mobilnya. Komandan yang mendengar pun langsung memerintahkan semua anak buahnya untuk bergerak mengejar. "Kejar! Jangan biarkan mereka lolos!" Sontak seluruh anggota agen biro kontrol berlarian masuk ke mobil masing-masing. Mereka semua bergegas meninggalkan tempat ini untuk mengejar suara mobil yang telah meninggalkan tempat ini lebih dulu. Rigel terbengong-bengong melihatnya. Seakan tak percaya kalau para musuh pergi dengan cepat begitu saja. Lalu ia menoleh pada Joanna yang tengah terkekeh geli, seolah sedang menertawakan para agen biro kontrol yang baru saja pergi. "Apa yang terjadi sebenarnya, Jo?" tanya Rigel, benar-benar penasaran dan sangat ingin tahu apa yang terjadi. Joanna tersenyum lebar, sambil menunjukkan remot kontrol di tangannya. "Lihat di layar." Lalu menyuruh Rigel untuk mengalihkan pandangannya ke layar. "Aku berhasil mengecoh mereka semua." Rigel makin terperangah saat melihat layar di dasbor, di mana layar itu menunjukkan sebuah map dan terdapat beberapa titik yang berjalan. Sepertinya titik-titik itu adalah mobil para agen biro kontrol. Tapi tetap saja Rigel masih belum mengerti, ia kembali menatap Joanna untuk meminta penjelasan. "Ini apa maksudnya, Jo?" tanya Rigel sekali lagi. Joanna menghela napas sejenak, lalu menjawab, "Yang mereka kejar mobil-mobilan tadi. Keren kan rencana aku." Rigel speechless mendengar jawaban Joanna. Jadi suara deru mobil itu dari suara mobil-mobilan? Rigel tak menyangka Joanna bisa mengecoh para agen biro kontrol hanya menggunakan mainan mobil-mobilan yang dikendalikan dari jauh. Tapi ia harus bersyukur, karena berkat ide Joanna tersebut, mereka berdua selamat dari kematian yang sudah menyambut di depan mata. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN