Dering ponsel memutus kegundahan yang baru saja Elizabeth rasakan. Elizabeth segera berjalan ke atas nakas tempat ia meletakkan tas tangannya. Ia kemudian mengambil ponselnya. “Iya, selamat siang. Ada apa kamu menghubungi saya?” tanya Elizabeth pada si penelepon. Selama beberapa saat Elizabeth mendengarkan apa yang dibicarakan si penelepon. Ia melebarkan mata sementara detak jantungnya mengencang lebih cepat. “Kapan kejadiannya?” Elizabeth kemudian menutup sambungan teleponnya. Tidak menunggu lama, Elizabeth menghubungi pengacara andalannya. “Pak Mahesa, saya butuh bantuan Anda. Polisi pasti akan meminta keterangan dari saya mengenai kematian Vita, asisten pribadi suami saya.” *** Sementara itu, sudah dua hari Malia menunggu Alex memberinya izin untuk pulang. Alex seolah-olah sedang

