Malia tersentak oleh ucapan Alex. Walaupun mata Malia terpejam, tetapi dentaman keterkejutan menggema di benaknya. Keraguan berputar-putar di kepala gadis itu. Benarkah yang diucapkan Alex? Namun, pertanyaan itu perlahan memudar dari kepalanya ketika Alex merampas kembali bibirnya dengan ciuman yang lebih dalam. Malia yang baru pertama kali merasakan sentuhan seorang pria tiba-tiba menjadi kaku. Ia terlalu pasif untuk mengimbangi ciuman Alex yang berangsur-angsur menjadi ciuman liar dan intens. Malia bahkan tidak kuasa menahan satu tangan Alex yang lain yang menyelinap ke balik rok dan membelai lembut lutut hingga ke pangkal pahanya. “Tuan ... mm ....” Malia terengah-engah di bibir Alex. Ia merasakan puncak payudaranya mengeras di balik bra putih yang ia kenakan. Kapasitas usahanya untuk

