Sambil mengemudikan mobil untuk mengantar Arga pulang, Stella terus sibuk dengan pemikirannya sendiri. Ia memikirkan berbagai kemungkinan tentang pertemuannya dengan ibu Arga yang rencananya akan dilakukan besok, karena Ima memang inginnya besok malam. Serius, Stella mulai overthinking. Jangan-jangan Ima bilang pada Arga setuju, tapi nyatanya tidak setuju? “Astaga, kenapa aku mengkhawatirkan sesuatu yang belum tentu?” batin Stella. Sementara itu, Arga yang duduk di kursi belakang—hal yang menunjukkan kalau mereka adalah bos dengan sekretaris, bukan dua orang yang sepakat untuk menikah di waktu yang akan datang. “Stella,” panggil Arga kemudian, yang secara otomatis memecah keheningan di antara mereka. “Iya, Pak?” “Kamu udah mengatur jadwal pertemuan dengan calon kandidat yang menggant