Lorong Belakang di tengah malam senyap. Udara dingin menyusup lewat celah dinding. Langit tampak kelabu, seakan menggantungkan badai yang tak kunjung tiba. Langkah Jake tenang. Sepasang sepatu botnya menyentuh lantai beton, menggemakan bunyi yang terlalu sunyi untuk disebut langkah biasa. Aulia menunggunya di sana, di sisi pintu besi yang belum pernah dibuka sejak mereka menempatinya. Tak ada senyum. Tak ada sapa. Jake hanya mengeluarkan sesuatu dari saku dalam jaketnya—sebuah kotak kecil dari kayu gelap, terukir halus. Ia menyerahkannya. “Bukan pesan. Bukan instruksi. Hanya sesuatu... yang tertinggal.” Aulia membuka kotaknya perlahan. Di dalamnya: kalung tipis dengan liontin kecil berukir huruf: CJ. Cendana - Jake. Tangannya sempat bergetar, tapi matanya tetap dingin. “Ini menge

