Sore menjelang malam ketika Bram akhirnya datang ke kantor pribadi Celestine dengan wajah datar dan berkas tebal di tangannya. Ia menunggu sampai semua staf keluar, lalu masuk ke ruangan yang hanya diterangi cahaya senja dan aroma kopi yang sudah dingin. Walau dia adalah asisten yang terpercaya, tidak mudah untuk memuaskan Celestine. Setelah tiga tahun bekerjasama dengannya, Bram masih belum percaya diri bahwa dia bisa diandalkan. Celestine, masih dalam setelan kerjanya yang rapi, mengangkat kepala ketika Bram meletakkan berkas itu di mejanya. “Ini yang anda minta, Nyonya,” ujar Bram singkat. “Lengkap. Semua yang bisa saya dapatkan tentang Aidan Rayendra—dari awal hingga sekarang.” Celestine menatap berkas itu seolah itu adalah jawaban dari semua keraguan dan kegelisahan yang menghantu

