Bab 19 Perangkap

1150 Kata

Senja mulai turun perlahan, membungkus langit Jakarta dalam semburat jingga yang temaram. Celestine duduk di balkon apartemennya, segelas anggur putih di tangan, sementara di hadapannya Aidan bersandar santai di kursi rotan, dengan kemeja putih yang lengannya digulung sampai siku, membiarkan angin sore menyapu sisa letih di lengannya. Dia tampak nyaman. Terlalu nyaman, pikir Celestine, untuk seseorang yang membawa begitu banyak rahasia di balik senyumnya. “London,” ucap Celestine tiba-tiba, menyesap anggurnya. “Kota yang menarik. Aku pernah tinggal di sana selama dua tahun, tapi kamu lebih lama, bukan?” Aidan menoleh pelan, tersenyum samar. “Ya, cukup lama. Hampir dua belas tahun. Dari umur enam belas tahun sampai lulus kuliah.” Celestine menyandarkan punggungnya, seolah tidak terlalu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN