Arya melangkah cepat, nyaris menerobos para pelayan yang membawa nampan hors d'oeuvre. Wajahnya pucat, tangan gemetar, dan napasnya dangkal. Celestine, yang sedari tadi memperhatikannya, langsung bergerak. “Jangan bodoh, Arya.” Suaranya rendah, tegas, namun tak kehilangan kelembutan. Tangannya mencengkeram lengan jas suaminya. Arya menoleh tajam. “Lepaskan, Celestine. Aku harus—” “Kau ingin membuat Ayah curiga? Lihat sekeliling.” Celestine mengangguk pelan ke arah kelompok pria bersetelan rapi. Beberapa mata memang sudah menoleh ke arah mereka. Arya mengatupkan rahangnya, menahan emosi yang nyaris meledak. “Ke sini.” Celestine menarik tangannya, membawanya keluar dari ballroom, melewati lorong berkarpet merah hingga sampai di sebuah ruang istirahat kecil. Tertutup. Sunyi. Arya memij

