Bab 66 Penyangga Jatuh

1154 Kata

Ruang rapat di lantai dua belas itu tak lagi tampak megah. Tirai besar dibiarkan terbuka, memperlihatkan langit Jakarta yang kelabu. Celestine berdiri di depan layar, matanya menatap grafik saham yang menukik tajam seperti detak jantung orang sekarat. “Delapan belas persen dalam satu hari,” gumamnya. Suaranya datar, tapi jemarinya mengepal. “Ini bukan hanya pembantaian saham. Ini pesan. Dari dia.” Bram berdiri di belakangnya, setengah menunduk dengan tablet di tangan. “Cel, sudah tiga media nasional rilis laporan bocoran dugaan korupsi Aruna. Dua hari lalu cuma rumor. Hari ini disertai dokumen.” Celestine memejamkan mata. Ia tahu, ini bukan pekerjaan wartawan investigasi biasa. Ini kerja tangan yang tak terlihat—tangan Aidan. Dan sayangnya, ia mengenal betul bagaimana Aidan menyusun s

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN