Bab 79 Akhir

1106 Kata

Hujan baru saja reda ketika Celestine berdiri di balkon penthouse-nya. Langit Jakarta sore itu buram, seolah menelan cahaya terakhir hari. Embun hujan masih menempel di kaca railing, dan angin membawa aroma tanah basah. Di tangannya, segelas anggur merah dibiarkan tak tersentuh. Sejak Aidan pergi dua minggu lalu, apartemennya terasa asing. Tidak ada lagi suara langkah kakinya, tidak ada aroma cologne yang dulu diam-diam membuat Celestine memejamkan mata hanya untuk mengingatnya. Tidak ada yang berubah secara fisik — sofa masih di tempatnya, lukisan masih menggantung di dinding — tapi semuanya terasa kosong. Celestine menarik napas panjang. d**a kirinya terasa sesak, tapi matanya tetap kering. Dia sudah terlalu lama menangis; kini air matanya habis, yang tersisa hanya kehampaan. “Kau be

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN