Dua hari berikutnya, Reyhan sudah diizinkan untuk istirahat di rumah. Hanya tinggal masa pemulihan saja. Sore itu, Windy berdiri tak jauh dari kamar Reyhan karena hendak bicara. Sejak tadi memang Mama Raya belum keluar karena harus mengganti perban putra semata wayangnya itu. "Tan," sapaan canggung Windy tak mengusik raut dingin Mama Raya. Beliau meninggalkan kamar Reyhan karena ada urusan penting terkait dering ponsel-nya ini. "Aku mau ketemu Rey, Tan." "Silakan!" Hanya itu, Mama Raya pergi meninggalkan Windy. Walau tak membenci Windy sepenuhnya, wanita separuh baya itu hanya kesal karena sampai detik ini pun, sang putra terus saja sakit dan dalam situasi berbahaya sebab kecintaannya pada sang Barbie. Windy melangkah masuk, lalu menutup pintu dengan rapat dan menguncinya. Ketukan k