Arham duduk di kursi meja makan menghadap Rena yang sedang memasak untuk makan malam. Satu tangan menopang dagu, satu lagi menetuk meja di depannya. Sesekali Rena menoleh ke arah Arham. “Tenang aja, masakan aku mirip kok kayak masakan bik Kasih walaupun gak sama persis.” “Bik Kasih berapa hari sekali kalau mau ke rumah kamu?” “Gak tentu, biasanya seminggu tiga kali, kadang dua kali, di situasi tertentu dia akan datang tiap hari.” Rena mencicipi masakannya, lalu mengangguk pelan merasakan rasanya sudah pas. “Kenapa bik Kasih gak tinggal di rumah kamu aja? Rumah ini terlalu besar buat kamu tinggalin sendiri.” “Bik Kasih gak mau tinggal di sini, aku juga sudah nawarin tapi dia gak mau, jadi aku tinggal sendiri deh,” Arham mengedarkan pandangannya, lantai bawah dan atas cukup luas, namun