Gadis itu termenung di dalam sebuah kamar di mana ada Kirana yang masih belum tersadar juga dari tidurnya yang lelap. Ini sudah satu jam sejak Kirana jatuh pingsan begitu tahu sang ibu tercinta—bidadarinya berpulang menyusul sang ayah. Mendahului dirinya, meninggalkannya seorang diri di bumi yang sudah penuh nan sesak ini. Sementara Satria yang jelas tidak mungkin ikut menunggui di dalam hanya diam di beranda rumah Mbah Darmi, ditemani beberapa bapak-bapak, ditanyai ini itu oleh orang sana yang berjaga sampai dini hari. Atau bisa dikatakan, sampai sekarang karena mereka semua masih terjaga dengan mata yang bahkan tidak bisa dipejamkan. Pikiran Satria sepenuhnya tertuju kepada Kirana. Yang ada di benaak pemuda itu, dia melihat sekeliling mencari sosok sang ayah dari gadis yang sekarang

