142. Menghitung Detik

1667 Kata

Kepergian Pak Damar detik itu membuat mamahnya Anggi terpaksa berbohong kepada semua orang dengan alibi bahwa Pak Damar sedang ada pekerjaan penting dan sudah memohon maaf untuk pergi. Namun, yang namanya rasa curiga tak serta merta bisa dihilangkan begitu saja. Anggi yang pertama kali mendengar hanya terlihat raut kecewanya. Sementara Silvi di seberang sana memberikan tatapan kesal, sementara Bu Tari tatapan penuh khawatir. Sebagai seorang ibu, jelas Bu Tari tahu kalau putranya tidak pernah mengambil pekerjaan ketika weekend. Jadi, Bu Tari tahu benar bahwa calon besannya yang tak lain adalah temannya sendiri ini sudah berbohong. Pasti terjadi sesuatu sampai putranya pergi begitu saja layaknya lelaki yang tidak bertanggungjawab. Namun kalau ditanya beliau lebih percaya siapa, jelas Bu Ta

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN