88. Laga Final

1223 Kata
Rianti bertingkah seperti manusia yang tidak tahu diri. Dia seakan-akan sudah melupakan apa yang dia ungkapkan pada Dion. Dia bersikap seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Ia juga tak pernah merasa malu untuk berusaha mendekati Dion kembali setelah kegagalannya saat pengakuan cinta. Dia malah semakin berusaha keras untuk mendekati Dion dengan segala cara. Meminta bantuan ini dan itu. Selalu melibatkan Dion dalam segala hal dan satu lagi, Rianti juga memanfaatkan Bagas. Rianti juga selalu mengompori Bagas untuk bermain bersama sepanjang waktu. Karena dengan kesempatan itulah Rianti bisa berada di sisi Dion. Seakan ke empat manusia itu saling bersangkutan karena satu sama lain. Di terpaksa ikut karena kekasihnya Bagas. Dion mau bergabung karena ada Dina di sana. Dan Rianti selalu mengikut agar bisa bersama-sama Dion. Mulanya Dion berusaha bersikap cuek pada Rianti. Dia berharap dengan sikapnya yang dingin, Rianti akan berhenti mengganggunya. Dion berharap Rianti merasa penat sendiri. Tapi ternyata… Gadis itu jauh lebih gigih dan mengerikan dari yang dia bayangkan. Rianti terus saja menempel padanya. Hari-hari yang berlalu terasa cukup sulit bagi Dion. Dion menghela napas sesak setelah mengarak bola ke gawang lawan. Hari ini adalah final dari laga kompetisi futsal yang sudah berlangsung selama sebulan terakhir ini. Bagas di ujung sana menatapnya, lalu mengangguk samar seolah mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Mereka berdua baru saja melakukan serangan ke gawang, namun sayangnya belum berhasil. Lawan yang dihadapi oleh tim mereka cukup kuat dan merupakan sang juara pada kompetisi di tahun lalu. Tim yang melawan tim mereka bernama tim Rajawali yang berasal dari Kalimantan Barat. Dion, Bagas dan rekan tim Garuda sudah kewalahan. Mereka agaknya kalah di segi stamina dan juga taktik p*********n. Dalam tim Garuda, bisa dikatakan hanya Dion dan Bagas saja yang terlihat berusaha sangat keras mengerahkan semua upaya dan kamampuannya. Tim Garuda sudah sangat kewalahan. Stamina mereka sudah tergerus habis. Berkali-kali serangan lain coba dilakukan. Tapi semuanya tetap tidak membuahkan hasil. Sejauh ini tim Garuda sudah tertinggal 1 - 0 melawan Rajawali dan sekarang ini sudah hampir mencapai akhir babak kedua. Harapan mereka satu-satunya adalah untuk membuat score menjadi imbang. Setidaknya dengan begitu mereka akan mendapatkan kesempatan di babak tambahan atau pun babak pinalti nantinya. Dina yang menonton dari tribun penonton pun juga menatap cemas. Di sebelahnya ada Rianti yang tak henti-henti meneriakkan nama Dion dengan sangat nyaring. “DIOOOON…! KAMU PASTI BISA!” “AYO DIOOOON…!” teriak Rianti lagi. Dina hanya bisa menghela napas panjang. Rianti sama sekali tidak terlihat cemas. Dina yakin bahwa Rianti sebenarnya juga tidak akan peduli dengan bagaimana permainan itu berakhir nanti. Pertandingan itu di adakan di sebuah lapangan futsal indoor yang cukup bagus dan luas. Dilengkapi dengan sedikit tribun penonton. Saat ini penonton tidak begitu ramai, tapi cukup memenuhi sekeliling lapangan itu. Dina dan Rianti berdiri di barisan paling depan sehingga mereka berdua bisa melihat jalannya pertandingan dengan sangat jelas. Permainan terus berlangsung. Saat ini keadaan tim Garuda penuh dalam tekanan. Sang pelatih yang berdiri sambil berkacak pinggang di seberang sana pun terlihat gugup. Sesekali ia juga terlihat memberi arahan beberapa pemain yang sepertinya sudah lepas kontrol dan kehilangan konsentrasi mereka. Sebagian pemain dari tim Garuda yang memakai kostum warna merah dengan celana hitam itu tampaknya sudah pasrah dan tidak mau berusaha lagi. Namun duo pemain andalah mereka yaitu Dion dan Bagas masih terus berjuang. Umpan-umpan cantik terus tercipta. Keduanya bermain dengan sangat epik dan kompak. Akan tetapi pertahanan dari tim Rajawali juga tidak main-main. Pertahanan mereka terasa seperti dinding tinggi dan kokoh yang sangat sulit untuk ditembus. “Lo kasih semangat Bagas dong! Dari tadi lo nya diem aja. Padahal pacar lo lagi berjuang,” ucap Rianti tiba-tiba. Dina menatapnya. Memaksakan bibir untuk tersenyum. “Mendukungnya nggak harus berteriak kok.” “Hahah. Pemikiran macam apa itu. Justru lo itu harus menunjukkan bentuk dukungan lo.” Dina malas berdebat. Dia sebenarnya hanya ingin menyaksikan jalan pertandingan dengan tenang. Walaupun tidak berteriak-teriak histeris dan melompat-lompat seperti yang dilakukan oleh Rianti, sebenarnya Dina terus mengumandangkan doa dalam hatinya untuk tim Garuda. Dia berharap Dion dan Bagas bisa menciptakan gol-gol indah seperti yang biasanya mereka lakukan. Di babak semi final kemarin, tim Garuda melawan tim futsal yang berasal dari kota Palembang, Sumatera Selatan. Tim yang menjadi lawan mereka adalah Tim Lexus. Pertandingan itu seperti ajang panen gol bagi tim Garuda. Terkhusus untuk Dion dan juga Bagas. Mereka berdua tak henti-hentinya mencetak gol silih berganti. Permainan itu bahkan seperti hanya milik tim Garuda saja. Puncaknya, permainan bahkan berakhir dengan score 13 - 0. Sungguh sebuah angka yang sangat fantastis. Membuat tim Garuda merasa di atas awan. Mereka menjadi semakin yakin bisa menahlukkan lawan di laga final. Bagas bahkan sudah membuat sebuah rencana untuk merayakan kemenangan mereka lagi. Seakan-akan kemenangan itu memang akan jadi milik mereka. Mungkin hal itu juga yang membuat beberapa anggota tim lain merasa jumawa dan tidak lagi berlatih. Tidak lagi menjaga stamina mereka dan ternyata sekarang mereka dihadapkan dengan lawan yang sangat luar biasa hebatnya. Dina mengembuskan napas kasar. Dia melihat Bagas yang sudah kewalahan. Napasnya tersengal-sengal dengan sekujur badan yang sudah basah bermandikan peluh. Tangan dan kakinya bahkan terlihat mengkilat sekarang ini. Setelah itu tatapannya juga beralih pada Dion. Keadaan Dion juga tak kalah memprihatinkan. Larinya sudah tidak sekencang sebelumnya. Tubuhnya juga sudah basah bermandikan peluh yang mengucur deras. Rambutnya bahkan tampak basah sekali seperti baru saja diterpa oleh hujan yang deras. Sementara itu waktu pertandingan hanya tersisa beberapa menit lagi. “Gue denger-denger lo satu kelompok ama Dion untuk tugas praktek drama ya?” Rianti bersuara lagi. Dina mengangguk. “Iya.” “Gue perhatiin akhir-akhir ini lo udah deket aja ama Dion. Tempat duduk kalian bahkan bersebelahan di kelas. Lo juga udah sering ngobrol ama dia. Biasanya kan, lo diem aja. Apa Bagas nggak cemburu?” “Kenapa dia harus cemburu. Toh aku dan Dion nggak ngapa-ngapain.” Rianti tersenyum miring. Agaknya Rianti mulai merasa terganggu melihat kebersamaan Dina dan Dion. Memang, akhir-akhir ini Dina tidak lagi sejutek dan se-benci biasanya terhadap Dion. Hal itu lantaran mereka terus saja terjebak di waktu dan tempat yang sama. “Gue cuma takut aja kejadian yang lama terulang. Gue takut kalo mereka berdua berantem lagi,” oceh Rianti. “Kamu nggak perlu khawatir. Hal seperti itu nggak akan terjadi lagi,” jawab Dina. Sedikit gusar dengan topik pembicaraan yang sangat tidak penting. “Tapi gue maish nggak yakin kalo Bagas itu nggak cemburu.” “Lah… kenapa dia harus cemburu coba?” Dina benar-benar menatap heran. “Mungkin Bagas nggak menampakkannya, tapi seharusnya lo sebagai ceweknya harus mengerti dan peka untuk menjaga BATASAN.” Dina mengembuskan napas kasar. Dia sudah benar-benar muak. Sabar itu juga ada batasnya. Dina hanyalah manusia biasa. Dia sudah sangat lama menahan diri. “Tapi kenapa kamu yang sibuk dengan hal itu? Itu kan, bukan urusan kamu,” ucap Dina. Rianti yang sedari tadi berbicara sambil terus menatap ke lapangan, akhirnya menatap Dina. “Gue cuma peduli sama hubungan lo dan Bagas. Tapi kenapa nada lo jadi sewot begini.” “Bagas nggak cemburu dan dia nggak punya alasan untuk cemburu,” tegas Dina. Rianti mencebik. Membuat Dina semakin merasa kesal. Rianti terus saja mengoceh. Berusaha menyudutkan Dina. Secara tersirat Rianti sedang memperingatkan Dina untuk menjauh dari Dion. “Sepertinya bukan Bagas yang cemburu ,” ucap Dina kemudian. Deg. Rianti tersantak dan menatap Dina. Dina pun juga menatapnya, lalu tersenyum. “Yang cemburu itu bukan Bagas, tapi KAMU….”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN