Betapa terkejutnya Zalma karena ternyata di dalam kamar mandi sudah ada sang suami sedang berendam di bath tub. Tak kuasa menahan, jerit makiannya keluar begitu saja. “You f*****g shiiit!”
Lalu, ia cepat ambil pakaian yang ada di atas wastafel. Dengan segera menutupi bagian d**a juga bagian kewanitaannya dengan blazer, rok, serta hem yang sudah aca-acakan dibuntal jadi satu.
Dantheo terus menatap sambil menggigit bibir bawahnya agar tidak tertawa. Reaksi Zalma yang teramat panik hingga wajah pucat pasi dan bibir terus memakinya dianggap sebagai sesuatu yang lucu.
Bahkan, saat istrinya terus memaki dan mengoceh, “Dasar, lelaki m***m! Kenapa kamu diam saja saat aku aku melepas pakaianku, hah!”
Dantheo hanya diam dan memandang tak berkedip. Senyum nakalnya justru semakin menjadi, membuat wajah Zalma meradang panas.
“f**k! Aku ingin sekali meledakkan kepalamu! Kamu benar-benar berotak jorok! Astaga! Untung aku masih memakai pakaian dalam!”
“Kamu keterlaluan! Aku benci kamu! I f*****g hate you! Untung kita hanya bersama selama satu tahun! Aku tidak sabar untuk segera menandatangani surat cerai denganmu, f*****g s**t!”
Zalma terus mengamuk sambil berjalan mundur dengan cepat. Saking cepatnya sampai punggung membentur pintu dan kepala mengenai tonjolan berbahan plastik yang biasa digunakan untuk menggantung handuk atau jubah mandi.
“s**t! This f*****g door!” makinya pada pintu. Setelah puas memaki dan menendang pintu, ia membanting benda kotak berbahan kayu tersebut. Saking kerasnya bantingan sampai kusen bergetar.
***
Suasana kamar mandi menjadi senyap kembali seperti sebelumnya. Tuan Muda Lycenzo menarik napas panjang, merebahkan kembali kepala di sandaran bath tub.
Dantheo menghisap rokoknya dalam, kemudian mengembuskan asap putih ke udara. Senyum masih terus bertengger di bibirnya. Ia menggeleng geli, gemas sekali dengan bagaimana Zalma mengamuk.
“f**k,” tawanya pelan terkekeh. Sejak tadi dia ingin tertawa, tetapi ditahan. “Wanita biasa berlomba membuka baju mereka di depanku. Dia justru mengamuk dan memakiku sebagai lelaki m***m!”
“Apa dia belum pernah terlihat hanya memakai pakaian dalam di depan lelaki mana pun? Kenapa malu sekali? Padahal, tubuhnya sangat bagus dan seksi!”
Dantheo kembali terkekeh sendiri dan menghisap rokok. “Perempuan yang lucu. Sudah gaya tidurnya di luar akal sehat, sukanyTsamarah-marah, tapi dilihat lelaki hanya mengenakan baju dalam saja ketakutan sampai mukanya pucat pasi!”
Sepertinya omelan serta makian Zalma dianggap sebagai sesuatu yang lucu. Dia tidak terlihat seperti sinGabrieltina sedang mengamuk. Akan tetapi, lebih mirip dengan singa kecil yang sedang mengamuk, sama sekali tak berbahaya.
Padahal, bagi sebagian orang termasuk Alex Stormstone sang mantan, tabiat Zalma itu dianggap kasar dan merendahkan martabatnya sebagai lelaki.
***
Zalma dan tim asisten utamanya telah tiba di hotel tempat pelaksanaan acara peresemian kerja sama. Ia menyewa satu kamar penthouse yang luas untuk bersiap.
Memanggil make up artist yang sudah biasa merias para artis serta selebritis di Los Angeles, kini wajahnya sedang dipulas dengan make up yang memancarkan nuansa elegan.
Baju gelap biasa dipadukan dengan riasan wajah yang memberi kesan bold, tetapi juga classy. Pelupuk matanya dioles eye shadow cokelat tua, merah bata, serta emas. Bibirya dilapisi lipstik merah terang.
“Nah, sudah tertutup semua sampai ke atas resletingnya, Nona Yan,” ucap Barbara setelah memasang resleting di bagian punggung Zalma.
Memakai gaun hitam cantik pilihan Dantheo yang merupakan rancangan desainer kenamaan, kulit Zalma yang seputih s**u nampak kian bersinar.
Lekuk tubuh seksi padat berisinya terpampang indah. Sambil membolak-balikkan tubuh, ia berkaca dan tersenyum. “Uh, gaun ini sungguh indah, Barbara! Tak salah aku menuruti kata Danre dan Ren untuk memakainya?”
“Tuan Dantheo yang kemarin ke kantor itu? Apa dia kekasih Nona?” senyum Barbara sambil mengangguk dan mengacungkan ibu jari.
Zalma terkekeh, “Antara aku dan Dantheo ceritanya rumit. Kapan-kapan saja aku ceritakan padamu. Sekarang, kita fokus menyukseskan acara peresmian.”
“Silakan, Nona Yan. Rambut Anda akan kami tata,” ucap hair dresser kenamaan kota Los Angeles, tersenyum dan bersiap untuk menjadikan rambut emas Zalma terlihat menawan.
Duduk di depan meja rias, senyum Nona Muda Yan satu ini sangat sumringah. Semenjak ia memegang perusahaan Essential Plus selama satu tahun terakhir memang banyak perkembangan pesat yang membuat nama perusahaanya itu melambung di dunia bisnis.
Dan kini perusahaan investasi bernama Civatel Investment hendak menanamkan dana dalam jumlah besar, milyaran Dollar ke perusahaannya. Oleh karena itu, semua di malam hari ini harus berjalan sempurna.
Rambut emasnya mulai ditata oleh hair dresser. Sambil menunggu selesai, ia mengambil ponsel dan melakukan hafalan terakhir terhadap kata sambutan yang sudah ia persiapkan.
Ditulis sendiri tanpa menggunakan bantuan siapa pun, Zalma merasa kata sambutan yang nanti dia berikan di atas panggung bakal memukau hadirin, dan tentunya sang pemilik Civatel Investment.
‘Dia harus terpukau denganku. Dia harus yakin dana milyaran Dollar-nya akan kukembangkan dengan baik di perusahaanku.’
‘Terkadang, rekan bisnis lelaki menganggapku sebelah mata. Karena aku cantik dan pirang, mereka pikir aku tidak bisa bekerja. Akan kuubah semua pandangan itu malam ini!’ kekehnya berbangga dalam hati.
Tiba-tiba sebuah chat masuk di saat ia sedang menghafal sekali lagi.
Dantheo [Jangan lupa setelah acara peresmian selesai, segeralah berangkat ke rumah Ronald. Kita bertemu di sana.]
Zalma [Tenang saja, aku tidak akan lupa. Aku sudah membeli hadiah ulang tahun pernikahan berupa sepasang jam tangan untuk kakakmu.]
Tuan Muda Lycenzo sedang duduk di kendaraan mewahnya menuju rumah Ronald untuk menghadiri pesta ulang tahun pernikahan. Sesuatu mengisi pikiran, sebuah rasa penasaran. Maka, ia mengirim chat kembali sambil tersenyum kecil.
Dantheo [Bagaimana gaun yang kupilih kemarin? Jadi pakai yang itu?]
Zalma [Iya. Perhiasannya juga pakai yang kamu pilih. Aku sudah konsultasi dengan adikku, Ren, dan menurutnya itu pilihan yang tepat.]
Tak segera menjawab, Dantheo manggut-manggut sendiri sambil mengulum senyum. Rasa penasaran lain merasuki pikiran. Ia menulis sesuatu sambil membacanya di dalam hati.
‘Kirim fotomu memakai gaun dan perhiasan itu. Aku mau melihatnya.’
Baru saja ibu jari mau menekan tombol kirim, mendadak gerakannya terhenti dan ia berpikir ulang. Bukannya mengirim pesan, ia justru menghapusnya.
Tidak menulis apa pun, ia hanya memberi emoticon ibu jari pada chat terakhir dari Zalma.
Napas dihela panjang, berat, kemudian melepas pandang ke jendela luar yang bermandikan matahari sore.
Tidak jadi mengirim pesan itu kepada Zalma. Tidak mau sang istri berpikir dia penasaran atau sejenisnya. Bagi orang yang tidak banyak bicara seperti Dantheo, menyatakan apa yang ada di dalam batin juga bukan hal yang mudah.
Terkadang, ia lebih suka hanya diri sendiri yang tahu apa yang sedang dirasakan.
Menoleh pada hotel bintang lima yang ada di sebelah kiri jalan, di sanalah Zalma berada. Ia sedang melewati lokasi peresmian acara kerja sama.
‘Dia pasti cantik memakai gaun dan perhiasannya, sudah tidak usah diragukan lagi. Toh, aku juga akan melihatnya nanti saat dia datang ke rumah Ronald.’
‘Good luck, Princess. Semoga acara peresmian kerja sama malam ini sukses,’ ucapnya memandangi hotel tersebut.
***
Karena sudah tidak ada chat apa-apa lagi dari suaminya, Zalma kembali berkutat dengan menghafal naskah sambutan. Sekian waktu kemudian, penata rambut selesai mendadani helaian emas di kepala.
Zalma berdiri, menatap dirinya secara keseluruhan. Rambut panjang keemasan dibiarkan tergerai bebas. Pada bagian tengah diberi nuansa bergelombang, membuat aura Princess-nya makin menguar kuat.
Kalung berlian sederhana, tetapi mewah di leher bersinar terkena lampu. Ia menjelma seperti putri kerajaan dengan kepribadian kuat. Kecantikan serta keelokannya memancar ke segala penjuru.
Ia tersenyum penuh percaya diri. “Selamat malam. Selamat datang di acara peresmian kerja sama antara Essential Plus dengan Civatel Investment."
"Senang sekali malam hari ini karena Tuan … datang memenuhi undangan kami. Sungguh, kedatangan Anda merupakan sebuah kehormatan bagi Essential Plus, dan saya sebagai CEO khususnya.”
Ia sedang melatih kalimat pembukaan pidato. Tidak menyebut nama pemilik Civatel karena memang dia tidak tahu siapa pemiliknya. Semua baru akan diketahui nanti, beberapa menit lagi.
Kalau dia sudah tahu siapa yang nanti harus disebut, yaitu Alex Stormstone, mampukah bibirnya mengucap nama itu dengan sempurna tanpa harus ada getar kepedihan?
Barbara berjalan mendekat dengan terburu-buru. “Nona, pihak Civatel Investment barusan mengabari. Kata mereka, sang pemilik sudah tiba di hotel dan akan segera naik ke ballroom.”
Zalma sumringah, tersenyum lebar menyambut kesuksesan di depan mata. Bersama stiletto merah tua bermerek Prada, ia segera berjalan setengah berlari. “Kalau begitu, aku harus segera ke ballroom dan menemuinya!”
***
Sementara itu, di lobi hotel sebuah mobil Mercedes Benz S Class yang diiringi tiga buah mobil Jeep berhenti. Beberapa bodyguard turun, membukakan pintu untuk Tuan Besar serta tunangannya.
Alex dan Xeloma turun dari mobil mewah tersebut. Sang lelaki menunggu hingga tunangannya berdiri di sisi. Lengannya digerakkan membentuk segitiga dengan kepalan tangan berada di pinggul.
Xeloma tersenyum manis, cepat merengkuh lengan kekar sang tunangan, bergelayut manja di sana. Ciuman mesra dihadirkan di pipi Alex. “Semoga semua berjalan lancar, ya?”
Ia mengenakan gaun hitam dengan model pundak terbuka. Lekuk di pinggang terlihat ramping dan seksi. Bahan bajunya mengkilat, memberikan tambahan aura elegan dan segar pada penampilannya.
Kalung berlian cantik melingkar di leher mulusnya. Sungguh, malam ini penampilan Xeloma Allison sangat extravaganza.
Make up … hmm, ini dia.
Tidak mungkin Zalma dan Xeloma menggunakan make up yang sama. Akan tetapi, riasan mereka sungguh mirip. Pemulas mata nuansa keemasan cokelat. Bibirnya pun diwarnai merah terang.
Alex sendiri nampak gagah mengenakan setelan jas Brionni seharGabriellasan ribu Dollar. Parfum beraoma woody musk menguar kuat ketika ia berjalan, menampilan kemewahan tersendiri.
Di tangannya ada jam berharga jutaan Dollar untuk menambah identitas konglomeratnya. Bertujuan agar pihak Essential Plus yakin dengan investasi yang akan dia gelontorkan bukanlah investasi ecek-ecek.
Xeloma nampak tegang melihat kerumunan media di depan. Akan tetapi,ia mampu melempar senyum lebar dan melambaikan tangan ramah saat ada beberapa media mengambil foto kehadiran salah satu lelaki terkaya di Eropa tersebut.
Alex pun tersenyum ramah. Selain melambai, dia juga merengkuh pinggang Xeloma dan melangkah penuh percaya diri. Bahkan, ketika ada sebuah media meminta mereka berhenti melangkah agar bisa mengambil foto lebih jelas, ia melakukannya.
Masih merengkuh pinggang sang tunangan, Alex kemudian mendaratkan ciuman di pipi serta telinga dan leher wanita tersebut. Ia perlihatkan cinta agar Xeloma tidak merasa tegang terus menerus.
Ciuman yang disambut sorak gemas dari para awak media. “Calon Nyonya Besar Stormstone malam ini sangat cantik! Anda pasti sungguh berbahagia telah bertunangan dengannya!”
Alex mengangguk, lalu menjawab lantang, “Ya, aku sungguh bahagia karena telah menemukan pendamping hidup sekarang dan selama-lamanya.”
Wajah Xeloma merona merah muda, menggigit bibir agar tidak berteriak bahagia. Cara Alex memperlakukannya seperti ratu adalah apa yang membuatnya kian jatuh cinta pada lelaki itu, ayah dari muridnya.
“Nah, permisi, aku ada undangan masuk ke acara peresmian. Terima kasih untuk kehadiran kalian! See you!” seru Alex, melambai, dan kembali berjalan menuju pintu masuk ballroom.
Bergandengan dengan Xeloma, rombongan memasuki ruangan megah saat pintu dibuka untuknya. Melihat sekitar, Alex setuju kalau pihak Essential Plus sungguh telah mempersiapkan segalanya untuk acara peresmian ini.
Mulai dari dekorasi, tata lampu, serta berbagai pernak-pernik lain sungguh mengesankan kemewahan serta ekslusifitas.
Seorang anak buah Alex yang sudah datang lebih dulu menyambut bos besar mereka dan sang tunangan cantik. “Mari, Tuan. Saya perkenalkan kepada pemilik Essential Plus.”
Tuan Besar Stormstone mengangguk, “Oke, mari kita berkenalan.”
Di dekat panggung, Barbara berjalan cepat mendatangi bosnya, “Nona Zalma, pemilik Civatel sudah datang. Mari kita sambut kedatangannya.”
Zalma pun mengangguk, “Oke, kita segera ke sana dan berkenalan.”
Maka, dua manusia itu berjalan menuju tengah ballroom dan saat Alex-Zalma akhirnya saling melihat satu sama lain ….