Fariz mengejar Ashel dan berhenti saat melihat Ayesha yang sedang bersitatap dengan Ashel. “Dia!” Ashel menunjuk Ayesha. “Dia wanita yang kamu cintai bukan? Pergilah bersamanya kalau kamu masih mengharapkan dia.” Fariz dan Ayesha sempat terlibat adu pandang dengan ekspresi agak gugup. Keduanya terlihat kaku dan bingung menentukan sikap. “Aku lelah selama ini selalu nggak dianggap sama kamu, Mas. Itu karena kamu nggak pernah berusaha untuk ngelupain dia!” Lagi-lagi Ashel menunjuk Ayesha. “Ashel, cukup! Apa-apaan kamu ini? Jangan bicara ngawur!” gertak Fariz membela diri. “Sejak awal aku diam saat tahu kalau aku ini hanya pelarianmu doang, aku diam saat kamu nggak perduliin aku, kamu anggep aku tunggul yang nggak punya perasaan, tapi sekarang enggak. Aku nggak kuat.” “Cukup,

