Saat di dalam taksi, Ashel terkesiap menatap layar ponselnya yang bergetar, ada nama Mama Fatma tertera di sana. Wanita baik itu menelepon Ashel. Apa yang harus Ashel katakan tentang rumah tangganya yang sudah di ambang kehancuran bila Fatma menanyakannya? Dengan jari gemetar, Ashel menggeser tombol hijau dan menjawab telepon. “Assalamu’alaikum... Mama!” Ashel menyamarkan getaran suaranya yang tercekat agar tetap terdengar baik-baik saja. “Ashel, besok malem kamu ke sinisama Fariz, ya! besok kan ulang tahun suamimu, kita bikin acara kecil-kecilan di rumah. Yaaa... makan sambil doa bareng-bareng, doa minta biar Fariz panjang umur dan pikirannya yang bengkok bisa lempeng. Heheee...” Ah, Mama Fatma memang selalu bocor. Bahkan disaat galau begini pun Ashel jadi bisa tersenyum mendeng

