Tidak butuh waktu lama untuk Fariz menghabiskan makanannya. Ia meletakkan sendok dan garpu, lalu meneguk teh hangat yang Ashel sediakan untuknya. “Alhamdulillah, kenyang,” tutur Fariz sembari menatap piringnya yang kosong. Ia menunggui Ashel hingga selesai makan. Mereka bersama-sama mematikan lampu setiap ruangan, kemudian masuk ke kamar untuk tidur. Fariz sudah merebahkan tubuhnya di kasur. Ashel masih sibuk membereskan meja rias, tepatnya pura-pura sibuk. Padahal meja rias sudah rapi sejak tadi. Rasa canggungnya kambuh lagi. Iris matanya kembali melirik kasur sebelah Fariz. Haduh, bagaimana caranya ia bisa tidur seranjang dengan Fariz? Jantungnya ya ampun, rame banget. “Kamu nggak mau tidur?” tanya Fariz seraya menatap Ashel. “Iya, bentar lagi.” Nunggu kamu tidur. Lanjut

