Tio mengendarai SUV Naima dengan kecepatan normal mendekati lambat karena jalan Jakarta mulai menunjukkan kemacetan yang cukup membuat lelah. Sesekali matanya melirik pada kondisi nyonya majikannya. Yang kini tampak bersandar di kursi belakang dengan wajah yang ia hadapkan pada jendela seperti tengah mengamati lalu lintas. Sejak keluar dari kediaman sahabatnya itu, sang nyonya tak banyak bicara. Hanya berkata, “Kita pulang, Tio.” Di mana segera saja Tio patuhi. Biasanya walau singkat, ia terkadang bertanya mengenai apa Tio sudah makan atau sekadar menghabiskan segelas kopi. Mungkin suasana hatinya tengah memburuk? Tio tak berani bertanya. Sementara Naima memilih menenggelamkan diri lagi dalam pemikirannya. Pembicaraan dengan Gayatri tadi, cukup membuatnya lega. Walau tak berkurang banya

