Gayatri sesekali melirik pada Naima yang terlihat menikmati embus udara di gazebo miliknya. Sengaja ia ajak Naima untuk berbincang di sini. Sedikit jauh dari ruang tamu di mana ada ibunya serta satu pembantu untuk membantu Gayatri menjaga sang mertua di kala siang hari. Dua cangkir teh chamomile disertai dengan beberapa potong lapis legit sebagai peneman mereka sekarang. Ia bukan tak berani bertanya hanya saja sepertinya banyak sekali yang tengah Naima pertimbangkan untuk sekadar bicara. “Di sini nyaman, ya,” kata Naima sembari membuka matanya. Senyum ia ulas sebagai pujian tulus yang bisa ia berikan pada suasana yang membuatnya sedikit tenang. “Kurang suara burung aja, Ga.” Gayatri terkekeh. “Suamiku mau punya burung tapi dia sendiri aja repot. Takut enggak keurus.” Ditanggapi dengan a

