Lia termangu. Tangannya terus mengaduk sajian makan siangnya berupa mie ayam lengkap dengan bakso yang sengaja ia minta terpisah di mangkuk yang lain. Kedatangan suami kakaknya yang datang berkunjung tadi pagi cukup membuatnya terganggu. Bukan karena tak menyukai kunjungannya hanya saja, sepertinya membuat kakaknya makin terjepit posisinya. Ingin sekali ia bicara tapi tak sanggup karena ia pun memiliki hutang budi. Kalau bukan karena sosok Andra yang datang menyelamatkannya, dua kali, ia mungkin sudah tak jelas nasibnya seperti apa. Dan atas semua ini, ia ingin melampiaskan kekesalan, kemarahan, kekecewaan, serta kesedihan dan rasa tak terima pada ayahnya. Satu-satunya orang yang paling bertanggung jawab juga seharusnya menerima akibat atas apa yang sudah ia lakukan, kan? Tapi sang kakak

