Tak butuh waktu lama bagi Naima untuk menghapus riasannya. Mengenakan pakaian yang cukup longgar untuk bersantai sejenak di kamar yang sudah ia pesan khusus sebagai tempat mereka beristirahat. Angannya terbang untuk mengajak Andra esok harinya keluar berkelilng Tasik. Siapa tau ada sesuatu yang bisa ia jadikan buah tangan. Anak-anaknya terkadang suka menanyakan hal sepele padahal mereka tau kalau orang tuanya keluar kota karena ada urusan pekerjaan, bukan sebatas berjalan-jalan. Sementara Andra tampak menatap pemandangan dari luar dengan tatapan lekat. Banyak seliweran dalam benaknya terutama pertanyaan apa tepat sekarang mengatakan? Bagaimana nanti kalau Naima berbuat sesuatu pada Fitri? Tapi … “Pak?” “Ibu sudah selesai?” Andra menoleh dan tersenyum kecil. Lipatan tangannya di d**a ia

