“Banyak pasiennya, Pak” tanya Naima dengan senyum terbaiknya. Ia sambut suaminya yang datang di tempat yang sudah disepakati ini dengan satu kecup hormat pada punggung tangannya. “Lumayan. Yang terakhir tadi agak merepotkan.” Andra tersenyum kecil. “Lho? Ibu belum makan?” Naima menggeleng pelan. “Tunggu Bapak.” Digamitnya mesra lengan suaminya. Tak peduli banyak mata yang memandang ke arah mereka. Yang terpenting siang ini Andra bisa meluangkan waktu lagi pula Naima tau jadwal suaminya hari ini. “Lain kali jangan gitu. Makan dulu. Apa gitu biar Ibu enggak telat makan.” Naima mengerucutkan bibir sedikit. “Mana bisa istri makan tapi tau suaminya belum makan.” Andra terkekeh dan diberinya satu kecupan singka tepat di pelipis istrinya. “ya sudah, ayo kita makan.” Di tengah santap mereka

