“Aku ....” Tangis Kenzo pecah tengah malam itu. Entah mengapa luka hati yang selama ini dia kubur dalam-dalam, kini seolah menyeruak muncul kembali. Terlebih lagi, tangis yang selama ini Kenzo sembunyikan dari banyak orang, kini justru tumpah di samping Kanaya. Kenzo menutup wajahnya dengan lengan kokohnya, takut Kanaya mendengar suara tangis kelemahannya. Tentu saja Kanaya mendengar suara tangis Kenzo yang terdengar sedikit memilukan. Dia tidak menyangka, ternyata sosok Kenzo yang dia kenal sangat kejam dan tidak memiliki hati itu, telah menyimpan luka yang sangat perih dan pedih, sampai melukai diri pria itu sangat dalam. Kanaya meremas guling yang sedari tadi dia peluk. Ingin sekali rasanya dia bangun dan memeluk suaminya, tapi dia takut hal itu akan semakin memperburuk keadaan Ken