Bab 2. Menikahlah Denganku!

1126 Kata
“Permintaan apa itu? Apa kamu pikir aku mau hidup sama orang yang aku benci, hah?!” “Apa peduliku! Yang penting nama baik keluargaku yang telah kau rusak kembali seperti semula.” Kenzo tersenyum puas sebelum melanjutkan ucapannya, “Kalo kau menikah denganku, maka semua orang akan menganggap aku berhasil menyelamatkan nama baik keluargaku. Mereka akan menganggap aku adalahi orang yang baik karena mau bertanggung jawab dengan hidupmu setelah ayahmu mati.” “Dasar licik!” “Ya, itulah rencanaku! Dengan begini semua orang pasti akan semakin respek padaku dan keluargaku. Para investor yang sudah menarik saham mereka juga pasti akan kembali. Bagaimana menurutmu? Gampangkan?” lanjut Kenzo semakin mengembangkan senyum penuh kemenangan. “Ta—“ “Oh ya, satu lagi, aku jamin, hidupmu akan lebih baik dan kau tidak akan kekurangan setelah ini. Kau juga bisa lepas dari ibu tirimu yang pengeretan itu. Bukankah itu juga menguntungkan buatmu? Lagi pula namamu pasti akan ikut tenar setelah kau jadi anggota keluarga Sagala. Menakjubkan bukan?” potong Kenzo memaparkan keuntungan apa saja yang akan didapatkan Kanaya dari rencananya itu. “Cih! Kau emang bener-bener licik, Kenzo! Kau egois! Yang ada di otakmu cuma bagaimana kau membersihkan nama baikmu sendiri tanpa memedulikan orang lain!” Kanaya menatap tajam, penuh amarah. “Kau pikir dengan iming-iming hidup enak, terus aku bakalan mau kau nikahi? Enak aja bilang kalo itu bakalan mengangkat derajatku. Itu justru akan membuatku dapat cibiran keras dari semua orang. Mereka akan mengatakan kalau aku murahan dan mata duitan atau yang lebih parahnya lagi, mereka akan mengatakan apa yang aku lakukan selama ini hanya untuk bisa masuk ke keluarga Sagala!” Kanaya tampak begitu berang. Semudah itu Kenzo memintanya untuk melakukan keinginan tanpa memikirkan bagaimana hidupnya nanti. Kenzo memamerkan seringainya. “Aku gak peduli dengan apa yang akan terjadi padamu. Yang penting aku dan keluargaku. Dan, karena kau yang awalnya bikin nama keluargaku rusak. Jadi, kau harus bereskan semuanya, apa pun caranya!” tegas Kenzo. “Dasar manusia iblis! Gak punya perasaan!” Kenzo yang berdiri di samping tempat tidur hanya memamerkan senyum miringnya. Dia menatap Kanaya, seolah wanita itu tidak lagi mendapat pilihan selain menyetujui ide dari Kenzo. Kanaya menggerak-gerakkan bibirnya sibuk merutuki Kenzo yang bagaikan petaka keji di hidupnya. Ingin sekali rasanya dia melemparkan bantal ke muka Kenzo yang menyebalkan itu. “Ya kalo kau gak mau juga gak papa. Paling video ini bakalan aku sebarkan besok. Aku males simpan video kayak gini,” ucap Kenzo santai, tetapi mengandung ancaman. “Jangan!” pekik Kanaya. “Cuma aku enggak sangka, ternyata kau masih perawan. Kupikir kau sudah jual keperawananmu itu agar bisa mengajar di kampus milik keluargaku.” “b******k kau, Kenzo!” “Ah, sudahlah. Sekarang pilihan ada di tanganmu. Aku tunggu sampai besok pagi. Kalo kau belum juga kasih jawaban, maka bersiaplah untuk melihat video ini di internet.” Kenzo berbalik dan bersiap untuk keluar dari kamar. “Kenzo, tunggu! Jangan lakukan itu!” teriak Kanaya saat melihat akan Kenzo keluar dari kamar. Meski mendengar perintah Kanaya, Kenzo tetap pergi. Meninggalkan Kanaya yang kini menangis perih. Rasanya, dia lebih memilih dibunuh saja oleh Kenzo daripada harus menikah dengannya. Kanaya tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya nanti kalau dia menikah dengan Kenzo. Iming-iming hidup mewah tidaklah menggoda Kanaya untuk menyetujui ajakan pria itu. Dia malah memikirkan betapa menderitanya nanti jika hidup bersama manusia iblis perusak hidupnya. Emosi Kanaya selalu terpicu setiap melihat wajah Kenzo. Dan, kini pria gila itu malah mengajaknya menikah yang mungkin ingin membuat Kanaya mati lebih cepat sebelum waktunya. Kanaya segera memungguti pakaiannya dan memakainya kembali. Dia ingin segera pergi dari ruangan kelam dan dingin itu. Sambil sedikit menahan sakit di pangkal pahanya, Kanaya berjalan sedikit tertatih menuju ke pintu kamar itu. Sepi. Kanaya tidak melihat seorang pun di apartemen itu. Dia tidak lagi melihat ada sosok Kenzo di sana dan Kanaya pun juga tidak berkeinginan mencarinya. Kenzo adalah pria yang dikenalnya lewat media yang selalu melaporkan tentang ketampanannya serta kelihaiannya dalam berbisnis, ternyata bukan seperti orang yang dia dengar selama ini. Pria yang selalu menjadi pujaan bahkan dinobatkan sebagai pria paling diimpikan semua wanita itu, ternyata hanyalah manusia iblis yang licik perusak hidupnya. Setibanya di pelataran lobi, Kanaya menghentikan sebuah taksi yang kebetulan melintas. Dia segera masuk ke dalam taksi tersebut untuk bergegas pulang ke rumah. Pasti di rumah nanti dia akan disambut dengan ocehan ibu tirinya karena semalam tidak pulang. Menikah dengan Kenzo memang bisa membuat Kanaya lepas dari wanita itu, tapi hal itu malah membuat Kanaya masuk ke neraka lain. Neraka yang dibuat oleh Kenzo untuk dirinya. Kanaya merogoh tasnya. Dia ingin mengambil ponselnya untuk mengecek pesan yang masuk. “Haduh, banyak banget ocehan ibu. Males buka ah, paling isinya juga gitu aja.” Kanaya mengabaikan pesan dari ibunya. Dia lebih memilih untuk membalas pesan lain yang lebih penting, daripada harus melihat kalimat makian yang berderet di ponselnya itu. Saat Kanaya sedang sibuk berbalas pesan dengan sahabatnya karena meninggalkan area pesta tanpa pamit, tiba-tiba ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dia kenal. “Siapa sih ini,” gumam Kanaya pelan sambil menggeser tombol hijau di ponselnya. “Halo,” sapa Kanaya. “Kalo kau berani menolak menikah denganku, maka hidupmu akan aku buat makin menderita, Kanaya. Aku pastikan kau akan kehilangan pekerjaanmu dan juga tidak akan mendapat pekerjaan di mana pun. Kau tau kan Kanaya, aku bisa melakukan apa pun!” ucap Kenzo dari seberang sana. “Berhenti mengancamku, Kenzo!” bentak Kanaya kesal karena tiba-tiba dia merasa jika Kenzo sudah tahu semua kehidupan pribadinya dan berusaha untuk menyetir dirinya. “Gak usah marah, Kanaya. Simpan saja kemarahanmu buat besok pagi. Anak buahku lagi mengedit videonya agar lebih bagus. Ingat, Kanaya! Aku gak suka nunggu. Segera ambil keputusan sekarang!” Kenzo benar-benar mendesak Kanaya. Membuat wanita itu semakin kesal. “Berhenti menggangguku, b******k!” sembur Kanaya yang kemudian segera memutus sambungan telepon itu. Merasa tidak enak dengan pengemudi taksi, Kanaya pun minta maaf, lalu setelahnya, wanita itu terlihat menyandarkan tubuh pada jok mobil sambil mengusap wajahnya berulang kali. Kepalanya semakin terasa pusing saat dia mendengar ancaman baru dari Kenzo. Entah kenapa sepertinya pria itu punya banyak sekali simpanan kalimat ancaman di hidupnya. Pertemuan Kanaya dengan Kenzo, membuatnya muak. Kanaya merasa seperti sedang tertimpa sial karena harus berurusan dengan pria itu. Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam, Kanaya pun tiba di depan rumahnya. Dia segera membayar ongkos taksi dan keluar dari sana. Namun, saat Kanaya hendak melangkah masuk ke dalam rumah, pandangan matanya tampak mengenali sosok pria yang tengah bersandar pada mobil mewah terparkir di depan rumahnya. “Apa-apaan ini? Kenapa Kenzo datang ke sini segala sih?” Kanaya merasa kesal. Ternyata pria itu sudah tiba lebih dulu darinya, berarti saat di telepon tadi, Kenzo sedang dalam perjalanan menuju rumahnya. Hal yang sungguh di luar dugaannya. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN