Arletha baru saja kembali ke ruangannya setelah menyelesaikan urusan di divisi HRD terkait dengan rencana pengunduran dirinya bulan depan. Meski masih ada sekitar dua minggu, ia sengaja melakukan lebih awal agar pihak Eleven segera mencari penggantinya. Dengan begitu, ia bisa pergi dengan tenang tanpa ada pekerjaan yang tertunda. “Ta, tadi hape kamu bunyi. Kayaknya ada yang telpon,” ucap Fini. “Oh iya? Dari siapa?” tanya Arletha sembari mendekati meja tempat meletakkan tas kerjanya. “Ya mana aku tahu, Ta. Aku nggak berani lihat, itu kan privasi kamu.” Arletha tersenyum kecil. “Pertanyaanku terlalu bod0h ya, Fin.” “Iya. Dari pagi senyum-senyum terus, sepertinya sel-sel di otak kamu ada yang bergeser. Aku jadi curiga, apa kepala kamu sempat terbentur? Atau kamu menang lotre makanya baha