Suara pintu lift terbuka, mengalihkan perhatian Arletha yang fokus melihat ponselnya. Ia segera keluar, lalu berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Selain memegang ponsel, salah satu tangannya juga membawa sebuah tas kain yang berisikan beberapa kotak khusus makanan. Tujuan Arletha datang ke Eleven adalah membawa hasil masakannya sendiri untuk dicicipi Andra. Arletha ingin tahu penilaian jujur ayahnya atas hasil belajarnya. “Selamat siang Mbak Reiza,” sapa Arletha kepada sekretaris Andra. “Siang Arletha,” balasnya antusias. Matanya menatap gadis di hadapannya dari ujung kaki hingga kepala. “Lama nggak ke Eleven, makin cantik saja, Ta.” “Makasih pujiannya. Sayang, aku nggak bawa kopi buat Mbak Reiza.” “Ini pujian tulus tanpa imbalan, loh.” “Tapi serius, makasih banyak untuk pujian yang m