Entah sudah berapa lama Andra berdiam diri di dalam kamarnya sejak pembicaraan terakhir dengan putrinya. Duduk termenung di dekat jendela kamar, meleparkan pandangan ke luar. Merasakan perlahan-lahan matahari terbenam dengan warna jingga begitu menyejukkan. Namun damainya hari menjelang malam, tidak mampu membenahi suasana hati Andra yang gundah. Andra menghela napas panjang, lalu mengarahkan pandangan ke dalam kamar. Gelap karena belum menyalakan lampu dan juga sepi tanpa ada suara berisik dari Arletha. Seketika ia merindukan masa-masa di mana putri kecilnya selalu berlari ke arahnya. Merentangkan tangan, meminta sebuah pelukan hangat. Mengenang masa itu, membuat sudut bibirnya terangkat. Baginya, Arletha tetaplah anak kecil yang harus dilindungi dari kejamnya dunia. “Arletha, kali ini