Setelah hampir tiga jam, akhirnya Arletha bangun dari tidurnya. Semua yang menunggu di sana, merasa lega dan bahagia, kecuali River dan Valen. Pria itu pergi membeli makanan untuk Arletha. Sedangkan Valen harus pulang karena sibuk dengan urusan pernikahan. Reaksi Arletha sejak sadar hanya diam tanpa mau bicara dengan yang lain terutama kedua orang tuanya. Arletha seakan menghukum Andra dan Tere atas keegoisan yang dilakukan kepadanya. Rasa marah serta kecewa masih menjadi penguasa terbesar di dalam dirinya. “Arletha, makan dulu ya. Selain infus, kamu juga harus makan biar ada tenaga,” ucap Tere yang duduk di pinggir tempat tidur. Gadis itu bergeming. Memalingkan wajah dengan kedua mata tertutup. Seakan tidak sudi mendapat perhatian dari sang ibu. “Sayang, makan ya, biar Papi suapin,” b