Arletha sedang berjalan menuju ruang makeup, setelah kembali dari toilet. Tidak lupa meregangkan kedua tangannya yang pegal setelah bekerja. Sampai di depan ruangan, tangannya siap membuka pintu. Tetapi suara dari dalam sana, membuatnya mengurungkan niat. Arletha terdiam, mendengarkan percakapan di ruangan itu. “Sekarang aku kerja, Ma. Aku baik-baik saja. Mas River yang bawa aku pulang, jadi semuanya aman. Maaf kalau buat Mama khawatir.” Seketika tubuh Arletha membeku mendengar percakapan Meisya dengan seseorang yang dipanggil mama. Telinganya berfungsi dengan baik. Begitu jelas terdengar meski ia berada di luar ruangan. “Iya Ma. Aku sudah kirim pesan tapi belum dibalas. Nanti siang aku coba telpon, aku nggak mau ganggu dia. Mas River terlalu sibuk, jadi aku harus sabar.” Arletha menut