River berdiri di sisi Arletha, sambil menggenggam tangan gadis itu. Ia memastikan kondisi Arletha lebih tenang. Bahkan air matanya sudah mengering, dan nampak semangat untuk memperjuangkan hubungan mereka yang masih seumur jagung. Meski baru saja bersama dalam sebuah ikatan, tetapi keinginan mereka untuk tidak terpisahkan begitu kuat. Bahkan setelah merenung dan bicara dari hati ke hati, mereka yakin kalau Andra dan keluarga yang lain, akan setuju menerima jalan yang mereka pilih.
“Biar saya antar kamu pulang, ya. Saya khawatir kalau kamu pulang sendiri dalam keadaan seperti ini,” ucap River.
Arletha menggeleng dan berusaha mengulas senyum. “Enggak usah, Mas. Aku sendiri saja, nggak apa-apa kok.”
“Kamu yakin?”
“Yakin Mas. Malah aku jadi sedih karena rencana kita hari ini jadi berantaka
