Kesetrum

615 Kata
Beebbrrr... dinginnya ... Rara keluar dari kamar mandi, serasa menggigil seluruh kulit hingga tulang dan sendi-sendinya. Hari ini cuacanya benar dingin banget. Seharian hujan tanpa berhenti, tidak merasa sayang dengan airnya terus menumpangkan semua di alam permukaan bumi ini. "Drrtt ... Drrtt ..." suara gigi bergetar tertahan rasa suhu mencengkam itu. "Rara ... kenapa gigimu?" tanya Nella pada putri satu - satunya. "Gggrrtt ... nggak tahu nih, Ma. Kenapa dengan gigi Rara? Dari tadi nggak mau diam," jawabnya menggetarkan rahang giginya. "Kedinginan, Ra? Itu makanya sok kuat sudah tahu nggak tahan air dingin masih mau coba-coba," ejek si Marcello abang sepupu sialan banget. Rara melototnya hingga siap lompat keluar keberadaan Marcello tengah turun anak tangga. "Jadi kamu mandi pakai air dingin?" Nella bertanya lagi. Rara hanya bisa mengangguk kepala saja, kalau gunakan bibir yang ada  getaran giginya bersuara. "Kamu ini, sudah tahu nggak tahan. Sekarang lihat, menggigil begini, tunggu di ruang tamu. Mama masak air hangat." Nella pun turun kemudian ke dapur memasak air untuk putrinya. Rara ingin melangkah kakinya saja sudah kayak nenek-nenek. Klik. Pintu terbuka dari arah kamar ayahnya penyelamat datang. Rara menoleh merasa terharu. "Pa... gendong Rara turun sampai ke bawah dong." Permintaan darinya. "Loh, memang kenapa?" tanya Edy bingung "Lemas kaki Rara, kedinginan habis mandi air es," jawabnya sudah melebarkan kedua tangan ke udara bersiap untuk digendong.  Edy pun mengiakan, digendongnya si putri manja ini. Saat disentuh kulitnya, kayak es batu dingin banget. Ini putrinya manusia normal atau putri salju sih. Ternyata di ruang tengah ada tamu, siapa lagi coba, Dennis. Rara menjuluki si Om Oli atau tiang listrik. Tanpa ada rasa malu Edy menurunkan putrinya dari gendongan, Dennis menoleh sebentar, mengangkat satu alis. "Pagi, Om Oli.... tumben datang ke sini. Kangen sama Rara, ya?" jadi semangat delapan enam si gadis pendek itu. Nggak ada senyumnya si Dennis, masih sibuk sama ponselnya ukuran segi empat. Rara mengerucut bibir, nasib kalau pagi-pagi dicueki mulu sama Om ganteng. Drrtt... Terkejut Dennis pada saat Rara tidak sengaja menyentuh lengannya. Rara pun ikut kaget dengan reaksi pria itu. "Kenapa sih, Om? Kok, terkejut begitu? Memang Rara setan, ya?" tanyanya bingung sendiri. "Nggak ..." jawabnya singkat "Terus ... kok pakai hindar sih? Ah ... pasti ke setrum ya?" tebaknya asal. Dennis tidak menanggapi tetap fokus sama ponselnya. Entah etika dari mana Rara malah mengambil ponsel dari tangannya. Ini anak! "Waah ... bagus banget ..." seru Rara lihat pemandangan bunga sakura terus di gesernya lagi, lagi, dan lagi. "Ini juga, bagus, salju ... Om, mau ke sini ya? Rara ikut, ya!" liriknya ujung jari menunjukkan layar ponselnya itu. Dennis merampas ponselnya itu dari tangannya. Rara yang ceria kembali redup kesal, sebal saja sama sikap pria cuek ini. Entah dorongan dari mana yang didapat oleh gadis aneh itu. Dennis yang lagi sibuk, kedua mata yang menyipit menjadi lebar selebarnya hingga membatu dan rasanya itu dingin kayak es batu. "Rara!" teguran dari belakang, Edy ada di sana tak jauh di mana Rara tengah mencium pipi Dennis secara tiba - tiba. "Iihh ... Papa, nggak bisa kasih Rara senang sedikit." Cemberutnya menciut. "Kamu ini ...." "Papa sama Mama dulu juga gitu. Iya, kan, Ma ..." Kedua bola mata Rara tertuju pada sosok wanita yang berumur tiga puluh namun parasnya masih tetap manis dan cantik. Nella senyum dan mengangguk pelan. Sementara pria dewasa bisanya menghembus napas panjang. Dennis juga tahu sifat dari istrinya Edy. Dennis adalah keponakan dari paman - sahabatnya Edy semasa kuliah di luar negeri. Edy mengharapkan suatu hari putrinya tidak setara dengan sifat istri barbarnya itu. Bagaimana kehidupan selanjutnya yang akan dialami oleh gadis pendek aneh ini yang telah berani mencium pipi Dennis tanpa seizinnya. Apa masa lalu dari Edy dan Nella akan turun ke putrinya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN