Setelah sarapan pagi, mereka berempat pergi ke rumah sakit dengan Archio sebagai driver hari ini. Berulang kali Wulan bersyukur di dalam hati karena Tuhan telah meluluhkan hati Archio sehingga mau mengantarnya ke rumah sakit. Wulan jadi ingat masa lalu, saat di mana Archio dengan sabar mengurusnya sewaktu dia mengidap kanker perut pertama. Padahal pria itu sudah mengetahui perselingkuhannya. “Kamu turun duluan ya, aku cari parkir.” Archio menghentikan mobilnya di depan loby. Dia juga turun setelah Venus menganggukan kepala untuk membantu perawat membuka kursi roda Wulan. Setelah kursi roda itu siap, dia malah tercenung menatap tiga wanita yang tengah menatapnya dengan sorot mata menunggu. “Apa?” Archio bertanya. “Mbak Wulannya gendong, Mas … dudukin ke kursi roda.” Keningnya me