“A-APA … pernikahannya akan dipercepat?” Ayu menatap keget. Sang paman mengangguk santai. “Iya … Paman sudah berbicara dengan keluarga Pak Anwar dan mereka bilang … lebih cepat lebih baik. Sepertinya Anto benar-benar sudah tidak sabar menikahi kamu. Lihatlah … betapa beruntungnya kamu mendapatkan lelaki seperti dia, Yu.” “Iya. Sekarang masa depan kamu sudah terjamin … kamu akan hidup enak,” sahut sang bude. “T-tapi …” Ayu berujar terpatah-patah. “Sudahlah … pokoknya kamu tenang saja. Biar paman yang mengatur semuanya,” sela sang paman. Ayu terpekur diam. Saat ini hatinya hanya terasa kosong dan hampa. Tak ada lagi kecemasan. Tak ada pula harapan. Tak ada pula bantahan ataupun keinginan. Hidupnya seakan sudah menemui jalan buntu. Ayu merasa tidak mempunyai pilihan lagi selain menyet