ALLJC.09 JANJI BERTEMU DENGAN TEMAN LAMA
ALLURA GIBSON
Hari ini aku mendapatkan tugas dari kakakku Armand Gibson. Karena ia masih berada di luar negeri, ia kembali memintaku untuk menjadi supir tamunya yang kemarin aku jemput ke Changi Airport. Ia memintaku untuk mengantar Tuan Albert Ma mengunjungi gudang material bangunan kami. Sehubung Tuan Albert Ma baru pertama kali ke Singapore dan tidak memiliki mobil, aku pun bersedia mengantar dan menemaninya kemana pun ia mau. Kebetulan sekali hari ini aku tidak kemana-mana dan tidak ada teman yang bisa diajak berjalan-jalan. Jadi aku memanfaatkan moment ini untuk keluar rumah.
Aku selalu mengingat pesan kakakku Armand Gibson untuk meladeni tamu satu ini dengan baik. Mengingat kesulitan yang tengah di hadapi oleh perusahaan keluargaku, aku juga tidak ingin mengecewakan kakakku yang sangat berharap pada Ma’s Property yang di miliki oleh Tuan Albert Ma. Meski aku tidak bisa apa-apa untuk membantu masalah yang ada, setidaknya dengan meperlakukan tamu dengan baik dapat memberi peluang agar mereka akan tetap memesan material bangunan kepada kami. Aku hanya ingin membantu keluargaku dengan apa yang aku bisa.
Sepulang dari gudang material bangunan, aku mengantar dan menemani Albert Ma untuk berbelanja. Dan aku membawanya ke kawasan perbelanjaan yang terkenal di Singapore, yaitu Orchard Road. Di kawasan Orchard Road, banyak mall-mall yang menjual berbagai macam barang. Dari yang paling murah hingga yang paling mahal, dari produk local hingga internasional. Melihat dari tampilan dan pakaian yang ia kenakan adalah high fashion, aku pun memutuskan untuk membawanya ke ION Orchard. Sebuah mall yang sudah menjadi trademark sebagai pusat perbelanjaan elit di Singapore.
ION Orchard memiliki konsep pertokoan yang unik dengan berbagai brand International yang digemari para pecinta fashion. Lebih dari 300 pertokoan, restoran dan hiburan yang menawarkan pengalaman belanja yang berbeda di setiap toko retailnya. Termasuk enam gerai brand mewah di unit Duplex Fronting Orchard Road, seperti Prada, Louis Vuitton, Giorgio Armani, Dolce & Gabbana, Dior dan Cartier. Selain itu di ION Orchard juga memiliki beragam pilihan brand terkenal lainnya yang tersedia. Juga ada berbagai pilihan restoran dengan pilihan makanan local hingga Internasional.
“Albert, kita naik lift ini saja agar kita bisa langsung sampai di lantai dimana banyak butik-butik terkenal berada. Beberapa lantai yang ada di dekat basement lebih banyak menjual cosmetic dan beberapa brand local.” Aku berbicara sambil menarik Albert Ma memasuki pintu lift yang tidak jauh dari posisi kami berdiri di kawasan basement ini.
Albert Ma mengangguk dan mengikutiku memasuki lift. Ia berdiri di sampingku memisahkan aku dengan penumpang lift lainnya. Sedangkan aku berdiri di sudut lift dengan posisi sedikit terdesak karena penumpang lift saat ini cukup ramai. Setiap harinya ION Orchard tidak pernah sepi dari pengunjung. Banyak warga local maupun turis internasional yang datang ke ION Orchard ini untuk berbelanja, terutama bagi penggila fashion.
DING!
Baru saja pintu lift terbuka, aku langsung melihat keunikan yang di suguhkan oleh mall ini lewat tata cahaya, nuansa suara dan aroma ruangan. ION Orchard memiliki aroma khusus di seluruh bagian umum area mall. Sebuah wewangian yang lembut campuran aroma herbal alami, buah-buahan dan wangi bunga menciptakan perpaduan antara eksotis dan pesona yang berbeda. Di tambah lagi dengan music yang mengalun merdu dengan daftar lagu yang selalu berbeda setiap hari, bulan dan tahunnya menjadi nilai tambah untuk mall ini.
“Apa di ION Orchard ini hanya sebagai pusat perbelanjaan saja?” Albert Ma bertanya padaku saat kami baru saja keluar lift dan ia melihat begitu banyak para pengunjung yang berlalu lalang.
Aku yang berjalan di sampingnya pun menjawab, “Tidak. Selain mall, di ION Orchard juga terdapat ION Art Gallery yang ada di lantai 4 ION Mall. Juga ada ION Sky di lantai 55. Tapi ION Sky hanya dibuka gratis untuk umum pada pukul 3 sampai 6 sore. Selainjam itu, ION Sky hanya khusus untuk pengunjung restoran yang ada di sana.”
Albert Ma hanya diam mendengar jawabanku. Ia tidak memberi tanggapan apa-apa saat berjalan di sampingku. Hingga akhirnya aku kembali bertanya, “Albert, kamu ingin beli apa?”
“Beberapa pakaian.”
“Aku kurang tahu tentang pakaian pria dan apa yang kamu suka. Kalau begitu kita masuki saja butiknya satu-persatu.”
“Baiklah.”
Aku menemani Albert Ma memasuki satu-persatu butik dengan brand terkenal yang ada di ION Mall untuk membeli pakaiannya. Hari ini aku seperti sedang menemani seorang wanita yang khilaf berbelanja saat melihat papan promo atau diskon terpajang. Karena Albert Ma akan berada di Singapore dalam jangka waktu yang cukup lama, ia pun membeli berbagai macam barang yang ia butuhkan. Bahkan aku ikut membantu membawa barang belanjaannya yang begitu banyak.
Walau ia belanja begitu banyak, namun cukup santai dan cepat. Ia tidak terlalu lama dalam hal memilih apa yang ia suka. Saat ia menyukai sesuatu, ia akan langsung mengambil barang dan lalu membayarnya. Sangat berbeda dengan wanita saat berbelanja. Wanita lebih suka berkeliling tanpa hasil untuk beberapa saat hingga akhirnya membeli sesuatu. Wanita menghabiskan waktu yang lebih banyak untuk memilih barang yang ia mau. Bahkan terkadang wanita memiliki beberapa pilihan untuk suatu barang hingga akhirnya belum tentu membeli semua yang ia pilih tadi. Karena wanita cukup rumit dalam hal penampilan, termasuk diriku.
Setelah berkeliling dan belanja begitu banyak barang, kami pun langsung pergi ke parkiran yang ada di basement untuk meletakkan semua barang belanjaan di dalam mobil. Saat semua barang belanjaan Albert Ma memenuhi bagasi dan bangku belakang mobilku, aku yang baru saja membantunya meletakkan di dalam mobil pun tertawa. Aku tertawa karena melihat barang belanjaan Albert Ma yang memenuhi mobilku.
“Allura, kenapa kamu tertawa?” Albert Ma bertanya padaku dengan wajah bingung.
“Aku tertawa karena melihat barang belanjaanmu yang memenuhi mobilku.”
“Apa ada yang salah?”
Aku menggelengkan kepala, “Tidak. Tapi hari ini kamu belanja seperti akan menetap selamanya di Singapore dan tak akan kembali lagi ke London. Hehehe…”
Albert Ma pun tertawa ringan melihat ku tertawa. Sambil menggelengkan kepala ia berkata, “Kamu ada-ada saja.”
Dari awal aku bertemu dengannya ia tidak banyak bicara dan tidak pernah tertawa. Pria yang awalnya aku kenal sebagai pria bossy dan arrogant ini hanya pernah tersenyum beberapa kali padaku. Dan hari ini untuk pertama kalinya aku melihatnya tertawa. Ternyata ia tidak seburuk yang aku nilai saat pertama kali bertemu dengannya.
“Setelah ini kamu mau kemana, Albert?”
“Belum tahu. Hari ini asistenku Casey akan datang dari London. Aku sedang menunggu kabar darinya.”
“Apa kamu sudah lapar?”
Albert Ma menggelengkan kepalanya, “Belum. Kenapa? Apa kamu sudah lapar?”
“Sedikit. Tapi aku sedang tidak ingin makan. Bagaimana kalau kita makan es krim?”
“Es krim?”
Aku mengangguk, “Ya, es krim. Di sini ada es krim murah yang fenomenal. Kalau ke Orchard, rasanya ada yang kurang jika tidak mencicipi es krim tersebut. Orang-orang menyebutnya dengan Uncle Ice Cream.”
“Kedengarannya menarik. Kalau begitu ayo kita beli.”
Aku pun tersenyum lebar mendengar Albert Ma menyetujuiku. Kami berdua kembali berjalan bersama keluar dari basement menuju halaman depan ION Orchard yang ada di dekat jalan raya. Setelah kami sampai di halaman depan ION Orchard, kami terus berjalan hingga akhirnya berhenti di perbatasan antara ION Orchard dan ISETAN. ISETAN adalah sebuah pusat perbelanjaan yang ada di samping ION Orchard.
Baru saja sampai di pedestrian yang ada di antara ION Orchard dan ISETAN, aku telah melihat Uncle Ice Cream yang tengah berjualan dengan gerobak es krim dan juga payungnya yang khas berwaran merah. Terlihat beberapa orang pembeli yang sedang mengantri menunggu giliran mereka untuk membeli es krim tersebut. Dan aku pun ikut berdiri di antrian tersebut untuk membelinya. Sedangkan Albert Ma berdiri di belakangku dengan wajah kebingungan.
“Apa pembeli es krim selalu mengantri seperti ini?” Albert Ma yang berdiri di belakangku bertanya dengan suara rendah.
“Ya. Akan selalu ada antrian jika ingin membeli es krim ini. Karena es krim ini sudah sangat terkenal.”
“Cukup panjang juga.” Albert Ma berkata dengan wajah sedikit mengeluh. “Apa boleh kamu saja yang mengantri? Aku tidak terbiasa mengantri seperti ini untuk membeli sebuah makanan.”
“Baiklah. Biar aku saja mengantri. Kamu ingin es krim rasa apa?”
“Ada rasa apa saja?” Albert Ma kembali bertanya padaku.
“Ada coklat, choco chip, vanilla, mint, strawberry, red bean, durian, blueberry, mango, sweet corn, taro, dan banyak lagi. Aku tidak hafal semuanya.”
“Mint.”
Mendengar jawabannya pikiranku tertuju pada wangi parfum yang sedang di pakai Albert Ma saat ini. Ia menggunakan parfum dengan wangi menyegarkan seperti mint. Kemudian aku mengangguk, “Baiklah. Kamu ingin es krimnya pakai apa? Roti tawar atau waffer?”
“Waffer. Aku sedang tidak lapar.”
“Oke. Kalau begitu kamu duduk di sana saja. Biar aku yang mengantri.” Aku berbicara sambil menunjuk pada salah satu bangku taman yang ada di sepanjang pedestrian yang ada di Orchard Road, tepatnya di depan ISETAN. Dan Albert Ma pun berlalu pergi melengkah menuju bangku taman itu.
Aku berdiri mengantri untuk membeli Uncle Ice Cream. Untuk saja antrian di depanku tidak terlalu panjang, jadi aku tidak terlalu merasa bosan. Saat aku tengah berdiri mengantri, aku melihat Albert Ma tengah duduk di bangku taman sambil menelepon. Aku tidak tahu ia sedang menelepon siapa dan membicarakan apa. Aku juga tidak berniat untuk mencampuri urusannya. Saat ini di benakku hanya ada Uncle Ice Cream yang sangat ingin aku makan saat ini.
Tidak lama kemudian, giliranku pun datang. Aku memesan es krim rasa mint dengan wafer untuk Albert Ma, dan es krim rasa red bean dengan roti tawar untukku. Uncle Ice Cream adalah es krim potong yang disajikan seperti sandwich. Dimakan dengan roti tawar atau wafer tipis dengan es krim potong sebagai isiannya. Dinamakan Uncle Ice Cream karena penjualnya adalah seorang senior citizen yang biasa di panggil Ucle. Tekstur es krim yang padat membuat es krim ini cukup mengenyangkan meski dimakan hanya satu porsi. Dengan harga terjangkau yaitu SGD1,2 setiap porsinya dan cara penyajiannya yang higienis, membuat banyak para pembeli yang rela mengantri untuk membelinya.
Setelah membeli Uncle Ice Cream tersebut, aku pun berjalan menghampiri Albert Ma yang masih duduk di bangku taman menunggu. Aku mengulurkan tangan memberikan es krim pesanannya lalu duduk di sampingnya sembari berkata, “Ini es krim mu.”
“Terima kasih.” Albert Ma menerima es krim tersebut dan mencicipinya.
Albert Ma yang baru pertama kali mencoba es krim tersebut terlihat begitu menikmatinya. Aku tersenyum melihatnya yang tengah menikmati es krim yang hampir meleleh itu dengan lahap dan bertanya, “Bagaimana rasany? Enak tidak?”
“Tidak buruk. Pantas saja banyak yang antri untuk membelinya.” Albert Ma menjawab sambil terus menikmati es krim tersebut. Tidak lama kemudian ia pun kembali berkata, “Allura, apa kamu tahu Clarke Quay?”
“Tahu. Di sana sangat terkenal dengan wisata malamnya. Kenapa?” aku berbalik bertanya sambil menikmati es krim milikku.
“Seorang teman lamaku James Phillip mengajakku untuk bertemu di sana malam ini. Apa kamu bisa mengantar dan menemaniku ke sana malam ini?”
Aku melirik pada arlojiku yang kini tengah menunjukkan pukul 4 sore. Kemudian aku bertanya, “Albert, nanti malam kamu janji bertemu dengan teman lamamu jam berapa?”
“Jam 8 malam.”
“Baiklah, aku akan menemanimu ke sana malam ini.”