Edwin merebahkan tubuhnya di sisi Fira, menghela napas lega, perlahan, dia meraih tangan Fira dan menggenggamnya, lalu menciumnya dalam-dalam, menunjukkan betapa dirinya sangat menyayangi Fira. Tiba-tiba Fira mengaduh. “Ada apa?” tanya Edwin. “Nggak, Ed. Perih.” Edwin tersenyum tipis. Mungkin baru sekarang Fira merasakan perih di seputar organ intimnya akibat pertama kali “diserang”. “Nanti perihnya hilang. Bawa santai dan relaks, biar nanti terbiasa kalo kita bercinta lebih hebat dari yang tadi.” “Lebih hebat?” Edwin menatap wajah lugu dan polos Fira. Dia tahu sebenarnya gadis itu sangat mudah diajari dan dengan cepat beradaptasi di atas ranjang. “Ya, lebih hebat dan lebih lama, biar kamu nggak nanggung kayak tadi, kamu keenakan dan aku yang sudah puas.” “Kamu mengencingiku, Ed.

