NIGEL ARCHIBALD

1653 Kata

Langit Zurich pagi itu kelabu, seolah ikut berduka. Mobil-mobil hitam berjejer rapi di depan sebuah pemakaman tua. Para pelayat berdiri dengan pakaian gelap, wajah-wajah mereka tertunduk hormat. Di antara kerumunan, seorang pemuda tinggi berdiri paling depan—matanya kering, tapi bebannya terasa lebih berat dari peti mati mahoni yang sedang diturunkan ke liang lahat. Nigel Archibald. Satu-satunya orang yang disebut sebagai "cucu" oleh Bernard Archibald, raja bisnis properti Eropa yang kini telah tiada. Tangan Nigel menggenggam erat segenggam tanah sebelum menaburkannya ke atas peti. Suara gemerisik tanah yang jatuh terasa seperti akhir dari sebuah era. "Selamat jalan, Kakek." Suara hatinya bergetar, meski raut wajahnya tetap dingin. Annie—sang ibu—menghampirinya. “Kau baik-

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN