Karynn terpaku. Dalam sekejap, semua pertanyaan di benaknya tadi seolah menguap. Ada tawa kecil keluar dari bibirnya, antara kelegaan dan keterkejutan. “Kau di sini? Tapi tadi …” “Aku sudah tiba tadi siang,” potong Gareen sambil menutup pintu kamar. “Aku sengaja tak bilang. Aku bekerja sama dengan Gaye dan Nigel untuk ini.” Karynn memukul pelan d**a Gareen. “Kau membuatku panik!” Gareen tertawa, memegang tangannya lalu mengecup punggung tangannya. Dan pada detik berikutnya, tanpa aba-aba, mereka saling mendekat. Pelukan itu terjadi begitu saja—bukan sekadar pelukan, melainkan tempat pulang yang telah lama dirindukan. Tak ada kata saat bibir mereka akhirnya bertemu. Lembut. Awalnya ragu-ragu. Tapi cepat berubah jadi dalam dan penuh. Ciuman itu bukan sekadar ungkapan rindu, tapi letu