Satu jam kemudian, Lumina dan Nigel sudah duduk di meja makan. Sinar matahari pagi menerangi ruangan dengan nuansa hangat. Namun, di balik senyum kecil yang Lumina usahakan, ada kegelisahan yang menggerogoti hatinya. Matanya terus tertuju ke arah ruangan tengah, seolah menunggu seseorang—atau mungkin berharap seseorang tidak datang. Dia tak ingin melihat Jadynn saat ini. Tidak. Dia masih terlalu bimbang dan ragu dengan perasaannya. "Kakak baik-baik saja?" tanya Nigel, suaranya lembut dan penuh perhatian. Lumina menghela napas, mengaduk-aduk makanan di hadapannya tanpa semangat. "Hmm, aku baik-baik saja," jawabnya, tapi nada datarnya justru menunjukkan sebaliknya. Nigel mengangkat alis. Dia sudah mengenal Lumina cukup lama untuk tahu ketika wanita itu tidak sedang dalam mood