Lumina menghela napas panjang saat matanya menatap undangan ulang tahun ayah Annie yang tergeletak di atas meja. Kertas berwarna emas itu terasa begitu berat, seolah memiliki gravitasinya sendiri. "Aku benar-benar harus datang?" gumamnya berbisik, mencoba mencari alasan untuk menolak. Tapi Annie sudah terlalu bersemangat. Sejak seminggu yang lalu, wanita itu terus mendesak, merayu, bahkan memberinya bonus besar hanya agar Lumina mau datang ke ulang tahun ayah Annie. * * Hari itu, Annie tiba-tiba muncul di depan apartemen Lumina dengan beberapa tas belanja mewah di tangannya. "Apa ini?" tanya Lumina, matanya membelalak. “Hadiah untukmu," jawab Annie sambil tersenyum miring. "Gaun, perhiasan, tas, dan sepatu. Semuanya sudah kupilihkan!" Lumina membuka tas-tas itu satu per