Ray berusaha untuk tetap tenang, tidak terpengaruh oleh ucapan Arsen. Dia tidak ada urusan dengan lelaki itu, yang diinginkannya saat ini hanya berbicara dengan Livya. Lagi pula, Ray tak menampik jika yang Arsen ucapkan ada benarnya juga. "Satu, dua, tiga... "Livya menghitung ketika Ray tak kunjung membuka suaranya setelah Arsen berlalu. "Waktu lo tinggal 4 menit," ucap Livya dingin. "Gue minta maaf, Vy," ujar Ray cepat. "Maaf dan maaf atas segalanya. Kata-kata gue yang pernah nyakitin dan sikap gue yang bikin lo kecewa." "Dibilang gue udah maafin." Livya memutar bola mata. "Udah, lo cuma mau bilang itu doang, 'kan? Gue mau tidur soalnya.” Ray menggeleng. "Gue udah tahu cerita tentang masa lalu lo." Livya tidak terkejut. Lambat laun Ray pasti akan mengetahui itu. "Siapa yang kasih t