"Enggak, Ray... gue sama sekali nggak bermaksud nyalahin lo atas apa yang pernah terjadi pada Livya. Dianya aja yang lagi bernasib sial." Ray hanya diam, lidahnya kelu hanya untuk berbicara. Hal ini terlalu mengejutkan baginya. "Makanya, gue mau mastiin kalau Livya akan mendapatkan pasangan yang benar-benar bisa 'menerima' dia. Awalnya, gue pikir kalau lo adalah orang yang tepat untuk Livya, tapi dugaan gue ternyata meleset." Ervan tertawa hambar. "Gue bisa ambil kesimpulan kalau lo nggak sesuka itu sama Livya. Lo nggak benar-benar menginginkan dia." "Gue... " "Gue nggak butuh penjelasan apa pun dari lo. Tapi jujur, kali ini gue kecewa banget sama lo." Ervan menatap Ray yang terbaring lemah, tak berniat membantu untuk bangkit atau mengobati luka yang diberinya pada lelaki itu. "Tolon