Tak kunjung beranjak pergi, dari dalam mobilnya mata Ray terus mengarah di mana Arsen dan Livya yang tampak saling berpelukan. Ray mencengkram kemudinya dengan erat sambil komat-kamit tidak jelas, menunggu kejadian selanjutnya, apa akan ada ciuman setelah pelukan itu? Ray mendadak sakit kepala karena pikirannya mulai melantur ke mana-mana. Hingga sesaat kemudian, Ray bernapas legah karena pikiran negatifnya tidak menjadi kenyataan. Mobil Arsen mulai bergerak meninggalkan Livya yang masih berdiri di depan pagar rumah. Ray bisa melihat bagaimana perempuan itu menatap kepergian mobil Arsen yang mulai menjauh. Ray jadi bertanya-tanya, apa setiap kali setelah pertemuan mereka, Livya juga menatap kepergiannya seperti itu? Jangan terlalu berharap, Ray. Kekehan miris keluar dari mulut Ray. Mana