“Santai saja, mas Bima… Kami memang mirip, mungkin karena usia kami yang hanya terpaut tiga tahun.” ujar Tanti lembut. Bima mengangguk tanda mengerti. “Kalau begitu aku pamit dulu, maaf sudah mengganggu waktu istirahat kamu.” “Buru-buru amat, minumnya belum datang,” “Lain kali saja aku main lagi,” ujar Bima beranjak dari duduknya. Tanti mengantar Bima hingga ke halaman rumah, lalu melambaikan tangannya saat mobil Bima bergerak menjauh. Sepasang mata mengawasi Tanti dan mengambil fotonya. Lelaki berjaket hitam itu kemudian pergi, ia tidak lagi mengikuti Bima. ** Sepulang kantor Tania tidak langsung pulang, ia ingin pergi sejenak berjalan-jalan ke mal. Bosan sekali rasanya selama dua tahun mengasingkan diri. Langkahnya lambat mengitari pertokoan, mencari baju yang diinginkannya. Dia